22 Mei 2025 | Tim Bank Mega Syariah
Istilah laba merupakan indikator utama dalam mengukur keberhasilan suatu perusahaan. Selain menjadi tolok ukur profitabilitas, laba juga menjadi acuan dalam pengambilan keputusan, baik oleh manajemen, investor, maupun pihak eksternal.
Namun, dalam praktiknya, istilah laba memiliki beberapa jenis, di antaranya yang paling sering disebut adalah laba kotor dan laba bersih.
Untuk memahami lebih dalam mengenai laba dan perbedaannya, mari simak penjelasan berikut ini.
Secara umum, laba adalah selisih antara pendapatan yang diperoleh perusahaan dari aktivitas operasionalnya dengan total biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan tersebut.
Dengan kata lain, laba menunjukkan performa keuangan bisnis dan menjadi tolok ukur dalam menilai efisiensi serta profitabilitas suatu perusahaan.
Tak hanya mencerminkan hasil akhir dari kegiatan usaha, laba juga menjadi dasar dalam pengambilan keputusan strategis, seperti:
Ekspansi usaha ke pasar baru
Penetapan harga jual produk
Pembagian dividen kepada pemegang saham
Evaluasi kinerja manajemen
Laba juga digunakan sebagai indikator penting dalam penilaian risiko dan kelayakan kredit saat perusahaan mengajukan pembiayaan ke bank atau investor.
Dalam laporan keuangan, laba tidak hanya diukur satu kali. Perusahaan perlu menghitung berbagai jenis laba untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai performa keuangannya.
Dua jenis laba yang paling umum ditemukan adalah laba kotor dan laba bersih. Berikut penjelasan lengkap mengenai perbedaannya:
Laba kotor adalah pendapatan perusahaan yang tersisa setelah dikurangi dengan biaya langsung yang terkait dengan produksi barang atau jasa, yang biasa disebut dengan harga pokok penjualan (HPP).
Perhitungan laba kotor mencerminkan keuntungan awal dari aktivitas operasional utama tanpa mempertimbangkan biaya lain seperti administrasi, pemasaran, dan pajak.
Hal ini berbeda dengan laba bersih yang merupakan keuntungan akhir perusahaan setelah semua biaya dikeluarkan, termasuk HPP, biaya operasional, bunga pinjaman, pajak, depresiasi, serta beban lainnya.
Laba ini menggambarkan keuntungan sebenarnya yang dapat dinikmati pemilik usaha atau dibagikan sebagai dividen.
Komponen perhitungan laba kotor hanya melibatkan pendapatan penjualan dan HPP. Biaya yang dimasukkan biasanya mencakup bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya produksi lainnya.
Laba kotor dihitung dengan rumus berikut:
“Laba Kotor = Pendapatan – Harga Pokok Penjualan (HPP)”
Untuk memperoleh laba bersih, seluruh beban yang tidak terkait langsung dengan produksi, seperti gaji administrasi, sewa kantor, biaya pemasaran, dan pajak, harus dikurangkan dari laba kotor.
Rumus laba bersih yang biasa digunakan yaitu:
“Laba Bersih = Laba Kotor – (Biaya Operasional + Pajak + Bunga + Beban Lainnya)”
Laba kotor digunakan untuk mengevaluasi efisiensi operasional, terutama dalam hal pengendalian biaya produksi dan strategi harga. Jika laba kotor tinggi, berarti perusahaan memiliki margin keuntungan awal yang besar dari penjualannya.
Sementara itu, laba bersih lebih mencerminkan kesehatan keuangan secara keseluruhan karena mencakup semua pengeluaran. Laba bersih penting untuk analisis profitabilitas jangka panjang dan perencanaan investasi.
Biasanya Anda melihat laba kotor di bagian awal laporan laba rugi setelah pendapatan dan HPP.
Di sisi lain, laba bersih terletak di bagian akhir laporan laba rugi sebagai hasil akhir dari seluruh aktivitas keuangan perusahaan dalam satu periode.
Mengetahui perbedaan antara laba kotor dan laba bersih sangat penting, terutama bagi pemilik usaha dan pengelola keuangan perusahaan. Dengan memahami kedua jenis laba ini, pelaku bisnis dapat:
Menentukan strategi harga jual produk dengan mempertimbangkan margin laba kotor.
Mengontrol efisiensi biaya. Dengan membandingkan laba kotor dan bersih, perusahaan dapat mengidentifikasi area biaya operasional yang bisa ditekan.
Pemisahan yang jelas antara laba kotor dan bersih membuat laporan keuangan lebih transparan dan informatif.
Mengambil keputusan bisnis berdasarkan keuntungan riil yang diperoleh.
Menarik minat investor. Laporan laba yang sehat, terutama laba bersih yang stabil, bisa menjadi daya tarik bagi calon investor.
Pemahaman ini juga sangat bermanfaat dalam mengatur arus kas, merancang pertumbuhan usaha, dan meningkatkan daya saing bisnis di tengah kompetisi yang ketat.
Selain laba kotor dan laba bersih, terdapat pula jenis laba lain yang sering digunakan dalam analisis keuangan, seperti:
Laba Operasional yaitu laba yang diperoleh dari aktivitas inti bisnis sebelum bunga dan pajak. Digunakan untuk mengevaluasi efisiensi operasional secara lebih menyeluruh.
EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) dan EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) adalah indikator laba yang digunakan dalam analisis valuasi dan perbandingan antar perusahaan.
Jika Anda adalah pemilik usaha yang ingin meningkatkan skala bisnis dan memperoleh tambahan modal kerja tanpa riba, Bank Mega Syariah menghadirkan solusi pembiayaan produktif berbasis prinsip syariah.
Dengan beragam akad seperti Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah, Anda dapat menjalankan bisnis secara amanah dan berkelanjutan.
Proses pengajuan mudah, skema pembayaran fleksibel, dan semua transaksi dilakukan secara adil dan transparan.
Segera ajukan Pembiayaan Modal Kerja di Bank Mega Syariah dan wujudkan pertumbuhan bisnis Anda yang lebih berkah dan menguntungkan.
Informasi lebih lanjut dapat diperoleh melalui Mega Syariah Call di (021) 2985 2222.
Semoga informasi ini bermanfaat untuk membantu Anda mengelola bisnis!
Bagikan Berita