1 April 2025 | Tim Bank Mega Syariah
HPP adalah singkatan dari harga pokok penjualan. Apa itu harga pokok penjualan? Istilah ini merujuk pada seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa hingga siap dikonsumsi oleh pelanggan.
Dalam dunia usaha, HPP menjadi elemen penting karena memengaruhi perhitungan laba rugi. Jika Anda ingin mengetahui seberapa besar keuntungan bisnis Anda, maka memahami dan cara menghitung HPP adalah langkah awal yang tidak bisa dilewatkan.
Harga pokok penjualan berbeda dari harga jual. Harga pokok penjualan mencakup seluruh biaya produksi hingga produk tersebut sampai ke tangan konsumen. Sebaliknya, harga jual adalah nominal yang dibayarkan konsumen untuk mendapatkan produk tersebut.
Makna pernyataan di atas, HPP merupakan bentuk dasar untuk menentukan harga jual dan keuntungan. Semakin akurat perhitungan HPP, semakin baik keputusan keuangan yang bisa Anda ambil.
Harga pokok penjualan atau disingkat HPP adalah total biaya yang secara langsung maupun tidak langsung dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa.
Menurut prinsip akuntansi di Indonesia, HPP mencakup seluruh beban yang diperbolehkan untuk menghasilkan suatu produk sampai pada kondisi siap jual atau digunakan, baik dari sisi lokasi maupun kualitas.
Contoh komponen HPP meliputi biaya bahan baku, biaya produksi, biaya impor, hingga biaya perakitan. Semua biaya tersebut harus berkaitan langsung dengan proses pembuatan produk.
Jika ada pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan produksi, maka tidak bisa dimasukkan dalam perhitungan HPP. Oleh karena itu, memahami HPP membantu Anda menilai secara detail seberapa besar biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk.
Dalam bisnis, HPP juga digunakan sebagai dasar untuk menghitung laba kotor dan margin kotor. Laba kotor diperoleh dengan cara mengurangi pendapatan dengan HPP.
Adapun margin kotor diperoleh dari pembagian laba kotor dengan total pendapatan. Saat HPP terlalu tinggi, maka laba kotor perusahaan akan menurun. Karena itu, penting bagi Anda untuk terus mengevaluasi dan mengendalikan HPP demi menjaga profitabilitas usaha.
Agar perhitungan Harga Pokok Penjualan lebih akurat, Anda perlu memahami komponen-komponen utama yang menyusunnya. Beberapa komponen yang biasa dimasukkan meliputi persediaan awal, pembelian bersih, serta persediaan akhir barang dagang. Mari kita bahas satu per satu.
Inventaris awal barang dagang merujuk pada stok barang yang tersedia dan siap dijual di awal periode akuntansi. Informasi mengenai nilai inventaris awal ini bisa Anda temukan pada neraca saldo periode berjalan, atau merujuk ke neraca awal tahun sebelumnya. Data ini menjadi titik awal penting untuk mengetahui jumlah barang yang akan dijual dalam satu periode.
Stok akhir barang dagang adalah jumlah persediaan yang masih tersisa hingga akhir periode akuntansi, biasanya dicatat pada akhir tahun buku perusahaan. Nilai dari persediaan ini didapat melalui proses penyesuaian yang dilakukan di akhir periode.
Komponen ini akan dikurangkan dalam perhitungan HPP agar Anda bisa mengetahui berapa banyak barang yang benar-benar terjual dalam satu periode.
Dalam perhitungan HPP, pembelian bersih mencerminkan total pembelian barang dagang yang dilakukan perusahaan, baik secara tunai maupun kredit. Perhitungan ini juga mencakup biaya pengangkutan barang yang dibeli, kemudian dikurangi dengan nilai retur pembelian serta potongan harga yang diperoleh selama periode akuntansi berjalan.
Beberapa komponen penting yang membentuk nilai pembelian bersih antara lain:
Total pembelian atau pembelian kotor
Retur pembelian
Potongan pembelian
Pengurangan harga
Penjualan bersih adalah komponen pendapatan yang menunjukkan hasil penjualan aktual setelah dikurangi dengan potongan harga dan retur penjualan. Nilai ini menggambarkan pendapatan riil yang diterima perusahaan dari aktivitas penjualan selama periode tertentu.
Elemen-elemen yang termasuk dalam perhitungan penjualan bersih mencakup:
Nilai penjualan kotor
Potongan penjualan
Retur penjualan
Sementara ongkos angkut tidak masuk dalam kategori ini karena tergolong ke dalam biaya umum operasional.
Pengetahuan tentang penjualan bersih akan membantu Anda menganalisis performa bisnis secara lebih objektif dan akurat.
Setiap elemen dalam HPP berkontribusi terhadap total biaya produksi, sehingga penting untuk memastikannya dihitung secara tepat.
Untuk mengetahui Harga Pokok Penjualan (HPP) secara tepat, Anda perlu memahami rumus dasarnya terlebih dahulu. Rumus yang digunakan dalam cara menghitung harga pokok penjualan adalah sebagai berikut.
HPP = Pembelian Bersih + Persediaan Awal – Persediaan Akhir
Setiap komponen dalam rumus HPP memiliki peran penting dan harus dihitung dengan cermat. Berikut penjelasan singkat mengenai cara menghitung tiap elemen dalam perhitungan HPP.
Langkah awal sebelum Anda mulai menghitung HPP adalah dengan mencari tahu terlebih dahulu berapa nilai penjualan bersih. Ini bisa Anda lakukan menggunakan rumus sederhana berikut:
Penjualan Bersih = Total Pendapatan – (Retur Penjualan + Potongan Penjualan)
Rumus ini akan menunjukkan pendapatan murni yang diterima perusahaan setelah dikurangi pengembalian barang dan potongan harga yang diberikan kepada pelanggan.
Setelah mengetahui penjualan bersih, Anda perlu menghitung pembelian bersih sebagai salah satu komponen utama HPP. Berikut rumus yang bisa Anda gunakan:
Pembelian Bersih = (Pembelian Kotor + Biaya Angkut Pembelian) – (Retur Pembelian + Potongan Pembelian)
Perhitungan ini akan menunjukkan total biaya pembelian barang yang benar-benar digunakan untuk operasional, setelah disesuaikan dengan potongan atau pengembalian barang.
Setelah mendapatkan nilai pembelian bersih, Anda bisa lanjut menghitung total persediaan barang yang tersedia. Rumusnya cukup sederhana:
Persediaan Barang = Persediaan Awal + Pembelian Bersih
Nilai ini menggambarkan jumlah keseluruhan barang yang tersedia untuk dijual dalam satu periode sebelum memperhitungkan sisa stok di akhir periode.
Langkah terakhir adalah menghitung Harga Pokok Penjualan. Setelah semua komponen dihitung, Anda bisa menggunakan rumus berikut untuk mendapatkan nilai HPP:
HPP = Persediaan Barang – Persediaan Akhir
atau
HPP = (Persediaan Awal + Pembelian Bersih) – Persediaan Akhir
Hasil dari perhitungan ini akan menunjukkan biaya nyata yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang atau jasa yang terjual dalam satu periode. Semakin akurat data yang Anda miliki, semakin tepat pula informasi laba kotor yang bisa diperoleh perusahaan.
Setelah nilai HPP Anda dihitung dengan akurat, kini saatnya mempertimbangkan langkah strategis berikutnya untuk mengembangkan bisnis. Menambah utang tentu bukan keputusan yang mudah dan perlu dipikirkan secara matang agar tidak membebani keuangan usaha.
Namun, jika pencatatan serta pembukuan keuangan Anda dilakukan secara rapi dan transparan, maka risiko bisa ditekan. Apalagi jika utang tersebut termasuk pembiayaan produktif, tentu lebih bijak dan lebih disarankan dibanding pembiayaan konsumtif yang tidak memberi nilai tambah langsung terhadap bisnis.
Untuk kebutuhan operasional jangka pendek, Anda bisa mempertimbangkan Pembiayaan Modal Kerja Syariah. Jenis pembiayaan ini menerapkan prinsip-prinsip syariah seperti akad murabahah (jual beli), musyarakah (kerjasama modal), dan mudharabah (bagi hasil).
Bila Anda memiliki rencana jangka panjang untuk mengembangkan aset perusahaan, seperti membeli tanah, membangun gedung kantor, membeli ruko atau gudang, kendaraan operasional, hingga alat berat, maka Pembiayaan Investasi Bisnis Syariah bisa menjadi pilihan tepat.
Dengan fasilitas pembiayaan bisnis di atas, Anda bisa menambah nilai aset perusahaan secara signifikan tanpa harus mengorbankan prinsip keuangan syariah yang sehat dan terstruktur.
Semoga informasi ini bermanfaat! Untuk informasi selengkapnya silakan kunjungi website Bank Mega Syariah.
Bagikan Berita