17 Januari 2025 | Tim Bank Mega Syariah
Bukit Shafa dan Marwah adalah dua bukit yang memiliki nilai sejarah yang sangat penting dalam agama Islam. Berlokasi di kota suci Makkah, Arab Saudi, kedua bukit ini menjadi bagian dari pelaksanaan ibadah haji dan umrah.
Berjalan bolak-balik antara Shafa dan Marwah, yang dikenal sebagai sa’i, menjadi salah satu rukun dalam kedua ibadah tersebut.
Lalu, bagaimana sejarah bukit Shafa dan Marwah hingga menjadi tempat melaksanakan sa’i dalam ibadah haji dan umroh? Mari simak penjelasannya pada artikel berikut ini.
Bukit Shafa dan Marwah adalah dua bukit yang terletak di sisi timur Masjidil Haram, di kota suci Makkah, Arab Saudi. Kedua bukit ini menjadi bagian dari rangkaian ibadah haji dan umrah, khususnya dalam ritual sa’i.
Dahulu, bukit Shafa dan Marwah hanyalah dua bukit alami yang terbuka. Namun, seiring perkembangan zaman dan peningkatan jumlah jamaah, area ini kini berada dalam kompleks Masjidil Haram.
Lintasan sa’i dilindungi oleh atap dan dilengkapi dengan fasilitas modern seperti pendingin udara, lantai marmer, dan jalur khusus untuk penyandang disabilitas.
Meski mengalami modernisasi, nilai sejarah dari bukit Shafa dan Marwah tetap terjaga.
Sa’i adalah salah satu rukun dalam ibadah haji yang dilakukan dengan berjalan atau berlari-lari kecil sebanyak 7 kali bolak-balik dari bukit Shafa ke bukit Marwah. Amalan ini wajib dilakukan saat beribadah haji dan tidak dapat digantikan dengan amalan lain.
Adapun awal mula dan sejarah bukit Shafa dan Marwah menjadi tempat sa’i tidak bisa dilepaskan dari kisah Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail.
Ketika Nabi Ibrahim meninggalkan Siti Hajar dan bayi Ismail di padang pasir yang tandus atas perintah Allah, Siti Hajar dengan penuh keyakinan dan tawakal mencari air untuk anaknya.
Dalam usahanya, ia berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Setelah perjalanan penuh pengorbanan ini, Allah memberikan mukjizat berupa air zamzam yang memancar dari tanah dekat kaki Nabi Ismail.
Sa’i yang dilakukan oleh jamaah haji dan umrah adalah bentuk simbolik dari usaha, ketekunan, dan kepercayaan kepada Allah, seperti yang dicontohkan oleh Siti Hajar.
Hal tersebut mengajarkan umat Islam untuk tetap berusaha dengan penuh semangat, meskipun dalam keadaan sulit, sambil tetap bergantung pada pertolongan Allah.
Bukit Shafa dan Marwah adalah simbol perjuangan dan keimanan dalam Islam. Berikut ini sederet fakta menarik lainnya dari bukit Shafa dan Marwah:
Bukit Shafa berada di sisi selatan Masjidil Haram, sekitar 130 meter dari Ka’bah, dan awalnya bersambung dengan Bukit Abu Qubays. Sementara itu, Bukit Marwah berjarak sekitar 300 meter dari Ka’bah dan bersambung dengan Bukit Qa’ayqa’an.
Kedua bukit ini dipisahkan dari bukit-bukit lainnya ketika Kerajaan Arab Saudi melakukan perluasan Masjidil Haram pertama pada tahun 1955-1956.
Saat ini, lintasan antara Bukit Shafa dan Marwah disebut Mas’a, yang menjadi area khusus untuk melakukan ritual sa’i.
Kata “Shafa” berasal dari istilah yang berarti “lembut” atau “murni”, menggambarkan tekstur bebatuan di bukit tersebut.
Sedangkan kata “Marwa” memiliki dua versi yakni mar’ah (wanita), mengenang Siti Hajar yang berjuang mencari air untuk Ismail, dan marwu, yang merujuk pada batu putih atau terang yang dahulu digunakan sebagai pemantik api.
Bukit Shafa dan Marwah tidak banyak ditinggali karena bebatuan kerasnya. Namun, di bawah Bukit Shafa terdapat rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam (Darul Arqam), tempat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat berdakwah secara sembunyi-sembunyi pada periode awal Islam.
Darul Arqam menjadi pusat pengajaran ajaran Islam dan tempat Umar bin Khaththab masuk Islam. Di atas Bukit Shafa pula, Nabi memulai dakwah secara terang-terangan dengan menyeru "Ya Shobahah" kepada kaum Quraisy.
Antara Bukit Shafa dan Marwah terdapat lintasan yang disebut Mas’a, digunakan untuk ritual sa’i. Jarak total lintasan bolak-balik ini adalah sekitar 3,15 kilometer.
Saat ini, Bukit Shafa dan Marwah dan lintasannya yang berada dalam kompleks Masjidil Haram yang telah dilengkapi fasilitas modern, seperti pendingin udara, lantai marmer, dan jalur khusus untuk penyandang disabilitas.
Rukun haji sendiri ada 5, yakni ihram, niat, wukuf di Arafah, tawaf, dan sa’i di antara Shafa dan Marwah.
Mengingat sa’i termasuk ke dalam rukun haji, maka hukumnya adalah wajib dikerjakan dan tidak boleh ditinggalkan. Apabila ditinggalkan, maka haji yang dilakukan tidaklah sah.
Kewajiban melakukan sa’i juga terdapat dalam hadis Rasulullah SAW riwayat Aisyah RA, yang artinya:
“Allah tidak akan menerima haji atau umrah seseorang yang tidak melakukan sa'i antara bukit Shafa dan Marwah.” (HR. Bukhari).
Berikut ini tata cara melakukan sa’i:
Sebelum melakukan ibadah sa’i, jamaah harus melakukan thawaf terlebih dahulu.
Sa’i dimulai dari bukit Marwah, yakni dengan mendaki.
Sa’i dilakukan sambil berdzikir dan juga berdoa.
Saat sampai di atas bukit Shafa, kemudian menghadap kiblat lalu berdzikir serta berdoa.
Sa’i dilakukan dengan berjalan kaki, namun jika tidak mampu karena udzur bisa menggunakan kursi roda atau skuter matik yang tersedia.
Saat melakukan Sa’i disunnahkan suci dari hadats.
Sa’i dilakukan sebanyak tujuh kali putaran, namun boleh diselingi dengan ibadah shalat sunnah.
Perjalanan dari Shafa ke Marwa dihitung satu putaran, dan perjalanan dari Marwah ke Shafa dihitung juga satu putaran.
Membaca dzikir dan doa sepanjang melaksanakan ibadah sa’i dan jangan lupa berhenti di atas bukit Shafa dan Marwah untuk berdoa dengan menghadap kiblat.
Setelah melaksanakan ibadah sa’i, maka jamaah melakukan tahallul, yakni mencukur rambut. Setelah itu, maka rukun haji pun bisa terpenuhi.
Itulah informasi mengenai bukit Shafa dan Marwah beserta sejarahnya. Bukit Shafa dan Marwah adalah simbol perjuangan dan keimanan dalam Islam.
Ritual sa’i yang dilakukan antara kedua bukit ini mengajarkan umat Islam pentingnya usaha, ketekunan, dan tawakal kepada Allah.
Dengan memahami sejarah dan maknanya, setiap jamaah haji dan umrah diharapkan dapat merasakan pengalaman spiritual yang lebih mendalam selama menjalankan ibadah ini.
Lakukan persiapan sedini mungkin salah satunya dengan mulai membuka tabungan haji sejak dini. Tabungan haji dapat membantu Anda lebih disiplin dalam mengatur pengeluaran sehingga dapat berangkat lebih cepat.
Bank Mega Syariah menawarkan produk simpanan Tabungan Haji iB untuk anak-anak dan dewasa. Keuntungan yang akan didapatkan calon jamaah haji beberapa di antaranya akadnya menggunakan prinsip syariah yaitu Mudharabah Mutlaqah.
Bahkan, kini Anda dapat merasakan kemudahan membuka tabungan haji secara online dalam genggaman melalui aplikasi M-Syariah. Cukup lakukan pendaftaran secara online, Anda sudah bisa memulai setoran secara rutin di M-Syariah.
Semoga informasi ini bermanfaat!
Bagikan Berita