15 Agustus 2024 | Tim Bank Mega Syariah
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali menggunakan istilah fakir dan miskin secara bergantian untuk menggambarkan kondisi seseorang yang kekurangan. Namun, dalam pandangan Islam, terdapat perbedaan fakir dan miskin yang cukup signifikan.
Nah, memahami perbedaan keduanya sangat penting, terutama dalam konteks penyaluran zakat. Sebab, meskipun sama-sama termasuk golongan yang berhak menerima zakat, tingkat keterbatasan ekonomi yang mereka alami ternyata berbeda.
Dengan begitu, kita dapat memberikan prioritas dengan lebih baik. Yuk, simak penjelasan lengkap terkait perbedaan antara fakir dan miskin berikut ini!
Secara bahasa, fakir berasal dari kata faaqir atau faqir, yang berarti 'tulang punggung'. Istilah ini, melansir dari laman zakat.or.id, menggambarkan seseorang yang seolah-olah patah tulang punggungnya karena beban hidup yang sangat berat.
Dilihat dari arti tersebut, maka fakir adalah seseorang yang hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk kebutuhan dasarnya.
Sementara miskin berasal dari akar kata sakana dalam bahasa Arab, yang berarti 'diam' atau 'tenang'. Istilah ini menggambarkan seseorang yang pasrah dengan keadaannya, karena kekurangan yang dialami.
Orang yang masuk kategori miskin masih dapat mencukupi sebagian dari kebutuhan pokoknya, tetapi tidak semuanya. Mereka masih memiliki penghasilan, tetapi penghasilan tersebut tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan dasar mereka.
Sebagai golongan penerima zakat, fakir dan miskin adalah dua istilah yang telah disebutkan dalam Alquran dan hadis. Lantas, apa perbedaan keduanya dan mengapa keduanya berhak menerima zakat?
Fakir adalah seseorang yang tidak memiliki harta sama sekali untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka berada dalam kondisi sangat kekurangan sehingga tidak mampu untuk bekerja atau mencari nafkah.
Berbeda dengan fakir, miskin merujuk pada seseorang yang memiliki penghasilan atau harta, tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Mereka memiliki keterbatasan ekonomi yang membuat mereka hidup dalam kondisi kurang layak.
Faktor penyebabnya bisa beragam, seperti cacat fisik, usia tua, atau kehilangan mata pencaharian.
Miskin dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti rendahnya pendapatan, pengeluaran yang tinggi, atau banyak tanggungan keluarga.
Fakir sangat memerlukan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Tingkat kesulitan ekonominya lebih parah dibandingkan dengan miskin.
Memerlukan bantuan untuk menutupi kekurangan kebutuhan hidup. Tingkat kesulitan ekonominya lebih ringan dibandingkan fakir, tetapi tetap di bawah garis kemiskinan.
Baik fakir maupun miskin termasuk dalam golongan yang disebutkan dalam Alquran sebagai penerima zakat (mustahik). Sesuai dengan firman Allah dalam Surah At-Taubah ayat 60, zakat harus disalurkan kepada delapan golongan, salah satunya adalah fakir dan miskin.
Fakir, karena kondisi ekonominya yang lebih sulit, biasanya menjadi prioritas utama dalam penerimaan zakat. Mereka memerlukan bantuan yang lebih besar dan mendesak dibandingkan dengan orang miskin.
Namun, orang miskin juga berhak menerima zakat untuk membantu mereka keluar dari kesulitan ekonomi dan meningkatkan taraf hidupnya.
Pemahaman yang jelas tentang perbedaan fakir dan miskin memiliki implikasi penting dalam penyaluran zakat. Sebagai salah satu rukun Islam, zakat wajib ditunaikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat.
Sebagian dari zakat dialokasikan untuk membantu fakir dan miskin. Dengan memahami perbedaan keduanya, penyaluran zakat dapat dilakukan secara lebih tepat sasaran.
Secara umum fakir yang tidak memiliki penghasilan sama sekali tentu membutuhkan bantuan yang lebih besar dibandingkan dengan miskin yang masih memiliki sumber pendapatan, meskipun terbatas.
Lalu, bagaimana cara membedakan apakah seseorang termasuk fakir atau miskin dan termasuk dalam standar penerima zakat? Berikut tiga kriteria yang dapat digunakan sebagai acuan:
Had kifayah menurut Ibnu Abidin adalah batas minimum yang dapat menjauhkan seseorang dari kesulitan dalam menjalani hidupnya.
Kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, serta kebutuhan tambahan seperti perabotan dan kendaraan harus terpenuhi, namun tidak berlebihan hingga mencapai tahap kemewahan.
Kebutuhan hidup layak, atau KHL, adalah standar minimal seseorang untuk memenuhi kebutuhan fisik selama satu bulan.
Indikatornya mirip dengan had kifayah, mencakup kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk menjaga kelangsungan hidup dengan layak.
Garis kemiskinan digunakan sebagai ukuran tingkat kemiskinan berdasarkan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach).
Metode ini menghitung rata-rata pengeluaran setiap orang berdasarkan survei yang dilakukan oleh lembaga seperti BPJS. Orang yang berada di bawah garis kemiskinan berhak menerima zakat.
Perbedaan antara fakir dan miskin tidak hanya terlihat dari istilah yang mereka sandang, tetapi juga dari tingkat keterbatasan ekonomi yang mereka alami. Kedua golongan ini berhak menerima zakat untuk membantu meningkatkan taraf hidup mereka dan keluar dari kesulitan ekonomi. Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat menyalurkan bantuan dengan lebih efektif dan membantu mereka yang benar-benar membutuhkan.
Tetapi jika ingin berzakat tapi tak tau bagaimana cara membedakannya, Anda bisa langsung menunaikannya melalui amil. Saat ini ada banyak cara untuk menunaikan kewajiban berzakat, baik secara offline maupun online.
Anda bisa memanfaatkan kemudahan membayar zakat bersama Bank Mega Syariah melalui M-Syariah. Fitur M-Syariah memudahkan Anda untuk berdonasi dan berzakat secara online. Selain praktis, Anda dapat memilih sendiri pilihan mitra zakat yang terpercaya yang sudah bekerja sama dengan Bank Mega Syariah.
Tidak hanya berzakat, Anda juga dapat menunaikan infaq, donasi, sedekah, dan wakaf online di M-Syariah. Jadi, tak ada alasan untuk tidak menunaikan kewajiban tepat waktu.
Itulah beberapa informasi terkait perbedaan fakir dan miskin yang dapat disampaikan. Tak hanya agar lebih tepat sasaran, perbedaan fakir dan miskin juga dapat menjadi dasar dalam perumusan program-program bantuan sosial.
Pemerintah dan lembaga terkait dapat merancang bantuan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok. Misalnya, program pelatihan keterampilan untuk miskin dan pemberian bantuan langsung untuk fakir.
Semoga informasi ini bermanfaat dan jangan lupa untuk download M-Syariah untuk menikmati berbagai kemudahannya!
Bagikan Berita