24 Juli 2025 | Tim Bank Mega Syariah
Resesi adalah kondisi ketika perekonomian suatu wilayah atau negara mengalami penurunan signifikan dalam jangka waktu tertentu. Arti resesi sendiri merujuk pada situasi di mana aktivitas ekonomi melambat secara menyeluruh, ditandai dengan menurunnya tingkat produksi, konsumsi, investasi, dan lapangan kerja.
Salah satu indikator utama dari kondisi ini adalah Produk Domestik Bruto (PDB) yang menunjukkan angka negatif selama dua kuartal berturut-turut, yang pada akhirnya membuat pertumbuhan ekonomi riil juga menurun.
Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk memahami penyebab, tanda-tanda, dan strategi menghadapi resesi agar dapat mengambil langkah antisipatif yang tepat. Dalam artikel ini, Anda akan mendapatkan informasi lengkap seputar resesi dan bagaimana cara menghadapinya secara bijak.
Resesi adalah situasi di mana aktivitas ekonomi di suatu negara atau wilayah mengalami penurunan tajam dalam kurun waktu tertentu. Salah satu indikator utama dari kondisi ini adalah menyusutnya produk domestik bruto (PDB) selama dua kuartal berturut-turut atau lebih.
Resesi bukanlah akibat dari satu atau dua penyebab saja, melainkan hasil dari berbagai faktor yang saling berkaitan, mirip seperti bagaimana kondisi keuangan individu dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan.
Penurunan ini menunjukkan melemahnya kegiatan ekonomi di berbagai sektor, mulai dari industri, perdagangan, investasi, hingga konsumsi masyarakat.
Ketika resesi terjadi, produksi barang dan jasa ikut merosot, angka pengangguran meningkat, dan daya beli masyarakat pun menurun secara drastis. Situasi ini membuat roda ekonomi melambat dan berdampak luas terhadap kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Berikut ini tanda-tanda suatu negara sedang mengalami resesi perekonomian, yaitu:
Mengalami penurunan aktivitas ekonomi yang terlihat dari penurunan angka produksi industri, aktivitas perdagangan dan tingkat investasi yang menurun.
Mengalami penurunan pendapatan di skala rumah tangga. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan atau mengalami pemotongan gaji.
Menurunnya angka PDB.
Mengalami kesulitan mencari pekerjaan sebab jumlah lapangan pekerjaannya semakin berkurang.
Mengalami penurunan nilai atau harga aset.
Biasanya faktor yang menyebabkan resesi karena negara tersebut mengalami gejolak perekonomian. Lebih spesifik lagi, berikut ini penjelasannya.
Inflasi yang melonjak tajam sering kali menjadi faktor utama pemicu terjadinya resesi. Ketika harga barang dan layanan naik secara berkelanjutan, kemampuan konsumen untuk membeli menurun karena pendapatan mereka tidak lagi sebanding dengan kebutuhan yang harus dipenuhi.
Akibatnya, permintaan terhadap barang dan jasa pun ikut melemah. Hal ini mendorong perusahaan untuk menurunkan tingkat produksinya, yang kemudian berujung pada pengurangan jumlah tenaga kerja atau pemutusan hubungan kerja.
Penurunan permintaan dari konsumen di pasar menjadi salah satu faktor krusial dan termasuk penyebab utama terjadinya resesi. Ketika daya beli masyarakat melemah, hal ini berdampak langsung pada turunnya angka penjualan di berbagai sektor.
Konsumen yang mulai menahan pengeluaran karena kondisi ekonomi yang tidak pasti akan menyebabkan perputaran uang melambat, sehingga bisnis mengalami penurunan pendapatan dan pada akhirnya memicu perlambatan ekonomi secara keseluruhan.
Defisit anggaran terjadi saat pengeluaran pemerintah jauh lebih besar dibandingkan pendapatan yang diterima negara, dan kondisi ini bisa menjadi pemicu resesi jika tidak segera ditangani.
Pada saat defisit terus berlangsung, pemerintah akan kesulitan membiayai berbagai program pembangunan dan layanan publik yang sedang berjalan.
Akibatnya, pemerintah terpaksa mencari sumber dana tambahan melalui utang luar negeri, yang pada akhirnya dapat membebani keuangan negara karena bunga pinjamannya berpotensi melonjak tajam. Situasi ini semakin memperparah ketidakstabilan ekonomi dan memperdalam dampak resesi.
Dampak akhir dari rangkaian faktor penyebab resesi di atas adalah meningkatnya angka pengangguran secara signifikan. Ketika daya beli masyarakat menurun dan permintaan terhadap produk serta jasa ikut merosot, maka kegiatan bisnis pun otomatis melambat.
Perusahaan yang mengalami penurunan penjualan dan pendapatan akan terpaksa mengurangi produksi, memangkas biaya operasional, hingga melakukan pemutusan hubungan kerja. Alhasil, lapangan kerja menyusut dan angka pengangguran pun melonjak, memperburuk kondisi ekonomi secara keseluruhan.
Sebagai individu yang memiliki intelektual tinggi dan sebagai umat beragama Islam, Anda diharapkan mampu melalui masa sulit sendiri sebelum akhirnya membantu orang lain.
Sebelum resesi ekonomi terjadi di negara ini, maka berikut ini cara mengantisipasi agar Anda lebih siap menghadapi resesi bila terjadi, yaitu:
Mengikuti perkembangan dan berita tentang kondisi perekonomian negara.
Melakukan diskusi dengan profesional atau orang yang memahami keilmuannya guna menyempurnakan ilmu yang Anda miliki saat ini.
Menerapkan gaya hidup hemat dan tidak berlebih-lebih dalam membelanjakan uang.
Memiliki dana darurat yang cukup dan berkomitmen untuk menyisihkan dana sebagai dana darurat.
Melakukan diversifikasi portofolio investasi agar nilai aset kekayaan meningkat dan tak tergerus inflasi.
Memanfaatkan platform jasa keuangan untuk menyimpan sebagian aset kekayaan Anda.
Salah satunya produk simpanan Tabungan Investasya iB dari Bank Mega Syariah. Tabungan syariah ini menawarkan nisbah bagi hasil menarik dengan nilai setara dengan deposito.
Setiap transaksi yang terjadi sudah pasti halal sebab Anda hanya bisa bertransaksi untuk pembelian produk atau jasa yang halal saja.
Nasabah Tabungan Investasya iB dapat melihat rekam jejak transaksi melalui aplikasi mobile banking M-Syariah. Dengan begitu Anda tetap dapat mengontrol pengeluaran dan memudahkan pembuatan laporan keuangan rumah tangga bulanan.
Segera ajukan permohonan pembukaan Tabungan Investasya iB di kantor cabang Bank Mega Syariah terdekat dari lokasi Anda!
Bagikan Berita