1 Januari 2025 | Tim Bank Mega Syariah
Puasa nazar menjadi salah puasa wajib selain puasa di bulan Ramadhan. Mengapa demikian? Sebab umat Islam yang bernazar untuk hajat tertentu memiliki kewajiban moral untuk menepati janjinya apabila Allah SWT mengabulkan hajatnya.
Puasa nazar menjadi jaminan dan janji manusia kepada Allah SWT untuk melakukan ibadah tersebut setelah Allah SWT mengabulkan keinginannya.
Anda pernah bernazar? Apakah puasa nazar yang dilakukan sudah benar? Berikut ini dasar hukum dan tata cara melakukan puasa nazar yang benar sesuai ajaran Islam.
Apa itu puasa nazar? Berdasarkan asal bahasanya bahasa Arab, nazar berasal dari kata an nadzru yang berarti janji. Nazar merupakan janji manusia kepada Allah untuk melakukan ibadah tertentu ketika hajatnya dikabulkan oleh Allah SWT.
Amalan yang semula hukumnya sunnah menjadi wajib bila Anda bernazar. Adapun puasa nazar bisa dilakukan di waktu-waktu puasa sunnah seperti puasa Senin-Kamis, puasa ayyamul bidh, puasa daud atau puasa sunnah lainnya.
Sebagai contoh, “Saya bernazar bila lulus ujian akan melakukan puasa daud.” Ketika Allah mengabulkan hajatnya tersebut, maka Anda wajib melakukan puasa daud selama satu tahun penuh.
Contoh kasus lain bila seseorang tidak spesifik menyebutkan jenis puasanya, hanya bernazar berpuasa saja maka kewajiban puasanya hanya satu hari.
Begitu juga bila Anda hanya menyebutkan puasa beberapa hari, maka kewajiban melakukan puasanya hanya tiga hari saja.
Dasar hukum puasa nazar sangat kuat. Dalam hadits riwayat al-Bukhari disebutkan:
مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللَّهَ فَلْيُطِعْهُ ، وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَهُ فَلاَ يَعْصِهِ
Artinya: Siapa yang bernazar untuk taat kepada Allah, maka penuhilah nazar tersebut. Barangsiapa yang bernazar untuk bermaksiat kepada Allah, maka janganlah bermaksiat kepada-Nya. (HR. Bukhari).
Sedangkan dalam Al-Quran tertulis syariat mengenai nazar. Dalam surat Ad-Dahr tertulis:
يُوفُونَ بِٱلنَّذۡرِ وَيَخَافُونَ يَوۡمٗا كَانَ شَرُّهُۥ مُسۡتَطِيرٗا
Artinya: Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. (QS. Ad-Dahr : 7).
Pada dasarnya, cara melakukan puasa nazar serupa dengan puasa sunnah dan puasa wajib lainnya. Umat Islam melafalkan niat berpuasa, bersantap sahur, menjaga diri dari perbuatan buruk dan berbuka puasa ketika azan magrib.
Berikut ini pelafalan doa puasa nazar yang dipanjatkan dan waktu-waktu untuk melakukan puasa nazar.
Membaca niat puasa nazar di malam hari atau maksimal ketika melakukan sahur sebelum memasuki waktu subuh. Berikut ini niat puasa nazar:
نَوَيْتُ صَوْمَ النَّذَرِ لِلّٰهِ تَعَالىَ
Nawaitu shaumannadzri lillâhi ta’âlâ
Artinya: Saya berniat puasa nazar karena Allah ta’âlâ.
Waktu puasa nazar tergantung jenis puasa yang Anda nazarkan. Contoh puasa sunnah yang paling sering digunakan untuk bernazar di antaranya puasa dawud, puasa Senin-Kamis, atau puasa ayyamul bidh. Namun di luar ketiga puasa sunnah tersebut Anda masih bisa menggunakannya untuk bernazar.
Nantinya setelah hajat terpenuhi, puasa sunnah tersebut hukumnya menjadi wajib Anda lakukan.
Dalam kasus tertentu di mana Anda tidak spesifik menyebutkan jenis puasa sunnah untuk bernazar. Hanya menyebutkan akan berpuasa atau berpuasa beberapa hari maka ketentuannya berbeda.
Apabila hanya menyebutkan akan berpuasa, maka durasi puasanya cukup satu hari. Sedangkan bila menyebutkan puasa beberapa hari, Anda hanya akan diwajibkan berpuasa selama tiga hari berturut-turut.
Di waktu berbuka puasa, lafalkan doa buka puasa nazar berikut ini:
اللهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ فَتَقَبَّلْ مَنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Allâhumma laka shumtu wa ‘alâ rizqika afthartu, taqabbal minnii innaka antassamii’ul aliim
Artinya: Ya Allah, untuk-Mu puasaku dan atas rezeki-Mu aku berbuka maka terimalah dariku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
Bila Anda sudah terlanjur bernazar namun sulit melakukan puasa nazar tersebut, maka wajib mengganti puasa sunnah tersebut dengan membayar kafarat. Dalam surat Al-Maidah ayat 89 tertulis bahwa:
لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللّٰهُ بِاللَّغْوِ فِيْٓ اَيْمَانِكُمْ وَلٰكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُّمُ الْاَيْمَانَۚ فَكَفَّارَتُهٗٓ اِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسٰكِيْنَ مِنْ اَوْسَطِ مَا تُطْعِمُوْنَ اَهْلِيْكُمْ اَوْ كِسْوَتُهُمْ اَوْ تَحْرِيْرُ رَقَبَةٍۗ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلٰثَةِ اَيَّامٍ ۗذٰلِكَ كَفَّارَةُ اَيْمَانِكُمْ اِذَا حَلَفْتُمْۗ وَاحْفَظُوْٓا اَيْمَانَكُمْ ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya: Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak disengaja (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja. Maka, kafaratnya (denda akibat melanggar sumpah) ialah memberi makan sepuluh orang miskin dari makanan yang (biasa) kamu berikan kepada keluargamu, memberi pakaian kepada mereka, atau memerdekakan seorang hamba sahaya. Siapa yang tidak mampu melakukannya, maka (kafaratnya) berpuasa tiga hari. Itulah kafarat sumpah-sumpahmu apabila kamu bersumpah (dan kamu melanggarnya). Jagalah sumpah-sumpahmu! Demikianlah Allah menjelaskan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya). (QS. Al-Ma’idah [5]: 89)
Merujuk dari ayat Al-Quran tersebut, cara untuk mengganti puasa nazar yang tidak bisa dilakukan karena uzur syari di antaranya:
Memerdekakan satu budak perempuan beriman. Namun cara ini tidak bisa dilakukan di zaman sekarang yang terbebas dari sistem perbudakan.
Memberi makan 10 orang miskin dengan takaran masing-masing satu mud atau setara dengan ¾ liter.
Memberi pakaian 10 orang miskin berupa baju, celana, atau kerudung untuk yang perempuan. Berikan masing-masing satu pakaian untuk satu orang.
Melaksanakan puasa nazar bukan semata-mata hanya melakukan janji yang sudah disebutkan kepada Allah SWT. Berikut ini keutamaan melakukan puasa nazar.
Pengertian puasa nazar merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan berkah yang diberikan sehingga Anda berhasil mendapatkan pencapaian atau hajat tertentu.
Alangkah lebih bijak lagi bentuk tanggung jawab tersebut diikuti dengan niat yang tulus berpuasa karena Allah SWT agar rasa syukur yang terasa benar-benar menggetarkan hati.
Melatih dan membentuk diri untuk menjadi orang yang menepati janji. Sebab orang yang tidak menepati janji menurut Allah merupakan orang yang berdusta. Orang yang demikian termasuk orang yang berdosa.
Oleh karena itu, melatih diri agar terbentuk sikap dan perilaku sebagai manusia yang menepati janji agar tidak termasuk golongan manusia yang berdosa.
Melakukan puasa nazar termasuk bentuk mendekatkan diri kepada Allah. Sekalipun melakukan amalan sunnah yang menjadi wajib, tapi esensi kegiatan ibadah puasanya tetap bernilai ibadah di hadapan Allah SWT.
Dengan terus berupaya mendekatkan diri dengan Allah SWT, maka bukan tidak mungkin seluruh hajat dan capaian yang baik akan diwujudkan oleh Allah SWT.
Upaya mendekatkan diri bukan hanya melalui puasa nazar atau ibadah wajib saja, melainkan dengan rutin melakukan amalan-amalan sunnah seperti bersedekah membuka jalan Anda untuk mendapatkan keberkahan Allah SWT.
Apalagi kalau Anda sedang memiliki target keuangan tertentu atau sedang dalam kondisi keuangan yang kurang bagus. Justru dengan bersedekah membuka jalan Anda menemukan pintu-pintu rezeki lainnya.
Bank Mega Syariah membantu nasabahnya dalam mengamalkan amalan sunnah melalui fitur ZISWAF di aplikasi mobile banking M-Syariah.
Kini kegiatan bersedekah bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja tanpa terhambat kesibukan duniawi.
Yuk, download aplikasi M-Syariah untuk mempermudah ibadahmu!
Bagikan Berita