01 Agustus 2025 | Tim Bank Mega Syariah
Bulan Safar 2025 jatuh di akhir Juli sampai akhir Agustus 2025. Informasi penetapan bulan Safar di tahun 2025 menjadi hal penting sebab untuk sebagian orang, mereka harus mempersiapkan ritual tersendiri untuk menyambut dan menjalani bulan Safar.
Menurut kepercayaan Arab kuno, mereka mempercayai kalau bulan Safar merupakan bulan yang penuh kesialan. Kepercayaan ini terus terdoktrin terus-menerus hingga ke anak cucu mereka.
Padahal di bulan Safar tersimpan kisah spiritual Rasulullah SAW yang bisa dipelajari. Yuk, ketahui kisah dan peristiwa dibalik bulan Safar.
Melihat dari kalender yang diterbitkan Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), bulan Safar 2025 jatuh pada tanggal 26 Juli 2025 kemarin dan selesai tanggal 24 Agustus 2025. Bila menghitung menggunakan cara Kemenag RI maka bulan Safar di tahun 2025 berlangsung selama 30 hari.
Berbeda dengan penetapan bulan Safar 2025 menurut perhitungan Muhammadiyah. Berdasarkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) Muhammadiyah, tanggal dimulainya bulan Safar tanggal 26 Juli namun berakhirnya di tanggal 23 Agustus 2025. Bulan Safar menurut 2025 menurut kalender Muhammadiyah hanya berlangsung selama 29 hari.
Perbedaan durasi dan awal-akhir bulan Safar ini dipengaruhi oleh metode perhitungan atau hisab yang digunakan untuk menetapkan penanggalan bulan Hijriah, termasuk bulan Safar.
Terdapat dua pemahaman yang berbeda mengenai pengertian kata safar. Secara etimologi, safar berasal dari kata safara yang artinya pergi atau melakukan perjalanan. Dulu bangsa Arab kerap bepergian untuk melakukan perjalanan dagang di bulan Safar.
Pendapat lain menjelaskan kalau kata safar berasal dari kata asfar yang berarti hampa atau kosong. Alasannya karena pada bulan-bulan ini masyarakat Arab kuno sering meninggalkan rumah mereka untuk melakukan perjalanan.
Meski tersebar kabar bahwa bulan Safar dipercaya sebagai bulan yang membawa kesialan dan ujian hidup yang tiada habisnya, akan tetapi Rasulullah SAW sendiri yang membantah sesat pikir tersebut.
Bagi Rasulullah SAW, dan juga sepantasnya kita yang meneladani Rasulullah SAW, setiap bulan adalah bulan baik. Tidak ada alasan spesifik menyebut penanggalan atau bulan tertentu merupakan waktu khusus yang mendatangkan nasib buruk.
Bahkan di terdapat peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di bulan Safar dan harus diteladani oleh umat Islam. Berikut ini peristiwa-peristiwa tersebut.
Rasulullah SAW menikah dengan Sayyidah Khadijah di bulan Safar pada tahun ke-25 sebelum Hijrah. Usia Rasulullah SAW masih cukup muda yakni 25 tahun. Pada saat itu Rasulullah SAW belum diangkat menjadi nabi ataupun rasul.
Mengingat pernikahan antara Rasulullah SAW dan Sayyidah Khadijah ra ini termasuk bagian dari sejarah Islam, maka ada banyak umat Islam yang meneladaninya dengan ikut memilih bulan Safar sebagai bulan melangsungkan pernikahan.
Di bulan Safar juga Rasulullah SAW bersama para sahabat melakukan hijrah untuk pertama kali. Dalam riwayat lain tertulis kalau Rasulullah hijrah pertama kali pada Rabiul Awal 622 M.
Akan tetapi, faktanya sebelum tanggal tersebut Rasulullah sudah melakukan perjalanan hijrah, tepatnya pada bulan Safar 622 M. Perjalanan hijrah ini berakhir di Madinah pada bulan Rabiul Awal.
Bulan Safar juga menjadi titik mula berdirinya kekhalifahan Islam di Madinah Al Munawwarah.
Bukan hanya Rasulullah dan Sayyidah Khadijah saja, melainkan anak mereka Fatimah binti Rasulullah pun menikah di bulan Safar. Putri kesayangan Rasulullah tersebut dinikahkan langsung oleh Rasulullah SAW dengan sahabat sekaligus sepupunya yakni Ali bin Abi Thalib.
Baik Fatimah maupun Ali, keduanya sama-sama memendam perasaan yang begitu dalam dan tanpa diketahui oleh orang lain karena ketakwaan mereka yang begitu kuat. Bersyukurnya Rasulullah SAW berhasil melihat tanda tersebut dan turut menjadi jembatan perantara antara Fatimah binti Rasulullah dengan Ali bin Abi Thalib.
Bangsa Romawi berhasil ditundukkan oleh Umat Islam di bulan Safar melalui peperangan yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid. Hal yang menjadi istimewa adalah perang melawan bangsa Romawi ini merupakan perang pertama yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid.
Padahal ada banyak sahabat Nabi SAW yang berpengalaman dalam memimpin perang, salah satunya Umar bin Khattab. Namun, Rasulullah SAW mempercayai Usamah bin Zaid untuk memimpin perang melawan bangsa Romawi dan berhasil menaklukannya.
Kabar duka juga menghiasi peristiwa sejarah Islam di bulan Safar. Pada bulan tersebut Rasulullah SAW menderita suatu penyakit yang cukup parah. Karena penyakitnya tersebut, para keluarga dan sahabatnya selalu datang bergantian untuk menjenguk Beliau.
Mereka merasakan rasa sedih yang begitu dalam melihat seorang Imam Besar umat Islam yang terbaring lemah dan sakit cukup lama.
Sampai akhirnya di tanggal 12 Rabiul Awal tahun ke-11 Hijriah, Rasulullah SAW menghembuskan nafas terakhirnya.
Meski cukup banyak peristiwa baik dalam sejarah Islam yang terjadi di bulan Safar. Namun tak dipungkiri masih cukup banyak pihak yang mempercayai mitos buruk bulan Safar.
Mengutip dari situs Majelis Ulama Indonesia, dahulu masyarakat Arab Jahiliyah beranggapan kalau bulan Safar adalah bulan kesialan. Latar belakang asumsi tersebut karena suatu jenis penyakit yang menetap di dalam perut.
Dalam pemahaman lain, tertulis dalam buku Mengenal Nama Bulan dan Kalender Hijriah, masyarakat Arab Jahiliyah juga berasumsi kalau safar merupakan jenis angin berawak panas yang bisa menginfeksi perut sehingga orang yang terinfeksi akan merasakan sakit.
Berdasarkan pemahaman dan pendapat keliru tersebut, ada banyak orang yang akhirnya mencari tahu amalan khusus atau ritual yang dilakukan untuk “menolak bala” ketika akan memasuki bulan Safar.
Sayangnya semua asumsi dan pendapat di atas tak berdasar dan dengan mudah disangkal oleh Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW bersabda, Dari Jabir Rasulullah SAW bersabda, “Tiada penyakit yang menular secara sendirian tanpa izin Allah SWT, tiada hantu bergentayangan dan tiada shafar (penyakit perut) yang terjadi dengan sendirinya,” (HR. Muslim).
Daripada melakukan amalan sunah yang belum jelas hukumnya dalam Islam, alangkah lebih bijaksananya untuk melakukan amalan sunah yang sudah pasti keutamaannya, misalnya saja:
Bertaubat dan bertauhid dengan cara yang benar.
Melangsungkan pernikahan bila mampu.
Melakukan puasa sunah.
Memperbanyak berzikir dan berdoa.
Memperbanyak sedekah, infak dan donasi.
Bersyukurnya jadi nasabah Bank Mega Syariah karena bank memperhatikan cara mengelola keuangan nasabahnya sesuai ajaran Islam, memilah transaksi yang halal hingga cara nasabahnya mengeluarkan sebagian rezekinya untuk bersedekah.
Melalui aplikasi mobile banking M-Syariah, nasabah bisa menunaikan sedekah, infak dan amal lainnya secara online tanpa ada kebijakan tambahan khususnya minimal nominal sedekah.
Bank Mega Syariah pun menjamin penyaluran Donasi dan Amal tepat sasaran karena bekerja sama dengan mitra terpercaya sebagai penyalur atau penerima ZISWAF.
Yuk, download aplikasi M-Syariah!
Bagikan Berita