21 November 2025 | Tim Bank Mega Syariah

Al-Quran dan hadist merupakan dua pedoman umat Islam dalam menjalan kehidupan sehari-hari hingga akhirnya mencapai tujuan akhir yaitu akhirat. Perbedaan Alquran dan hadist terletak pada penulisnya dan sumber keilmuan hukumnya.
Al-Quran merupakan firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Sementara hadist merupakan sumber hukum bagi umat Islam kedua setelah Al-Quran yang ditulis oleh para sahabat Nabi berdasarkan segala perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi Muhammad SAW.
Al-Quran adalah kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dan mukjizat bagi Beliau. Turunnya Al-Quran melalui malaikat Jibril hingga sampai ke Nabi Muhammad SAW secara berkala dimulai sejak tahun 610 Masehi sampai kematian Nabi Muhammad SAW, sejak berada di kota Mekah hingga Madinah.
Melihat dari asal bahasanya, bahasa Arab, Al-Quran berarti bacaan. Seluruh ayat di dalam Al-Quran disusun menggunakan bahasa Arab klasik yang diyakini sebagai transkrip literal dari Allah SWT sehingga terjamin keaslian dan kemurnian maknanya.
Al-Quran sebagai firman Allah SWT yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat Islam. Kala itu para sahabat mulai menghafal Al-Quran dan menulis dan menyusunnya melalui berbagai media. Dari sanalah, usaha para sahabat menghafal dan menyusun kembali mushaf tersebut, yang membuat keaslian Al-Quran terjaga.
Sedangkan hadits merupakan pedoman umat Islam yang ditulis oleh para sahabat Nabi berdasarkan perkataan, perilaku, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW. Sebenarnya Nabi Muhammad SAW sudah melarang para sahabat untuk menulis apapun tentang dirinya kecuali hanya benar-benar bersumber dari Al-Quran.
Kendati demikian, berjalannya massa dan zaman, terlihat urgensi bagi para sahabat untuk mengumpulkan dan menyusun perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW hingga saat ini yang dikenal umat Islam di seluruh dunia, al-hadist.
Perbedaan Al Qur’an dan hadis tidak sampai di situ saja. Merangkum dari berbagai sumber, berikut ini perbedaan kedua pedoman hidup dan sumber hukum umat Islam.
Perbedaan Al-Qur'an dan hadis yang pertama terletak pada asal usul pembuatannya. Seperti yang sudah diketahui seluruh umat Islam bahwa Al-Quran merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan langsung kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Setiap ayat di dalam Al-Quran adalah firman langsung dari Allah SWT yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW dengan penuh kehati-hatian, terjaga dan tidak ada perubahan satu huruf pun dari awal turunnya wahyu Allah ini.
Lain halnya dengan hadist yang merupakan kumpulan perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi Muhammad SAW. Meski tidak secara langsung diturunkan oleh Allah SWT, akan tetapi hadis mempermudah umat Islam dalam menguraikan arti dan ajaran di dalam Al-Quran.
Berdasarkan tingkat hukumnya, tidak ada satu unsur hukum apapun yang bisa menandingi ajaran hukum yang tertulis dalam Al-Quran. Sekalipun disandingkan dengan hadist, bagi umat Islam, ajaran hukum yang tertulis dalam Al-Quran bersifat mutlak, harus diterima dan dipatuhi oleh setiap Muslim.
Sedangkan status hukum hadis tergantung keabsahannya. Pasalnya tidak semua hadis bisa diterima sebagai ajaran Islam. Umumnya terdapat tiga jenis hadis yaitu hadis sahih, hadist hasan, dan hadis dha’if.
Hadist sahih adalah hadist dengan rantai periwayatan yang bisa dipercayai. Hadist hasan merupakan hadist yang masih bisa diterima walaupun rantai periwayatannya lemah. Sedangkan hadist dha’if adalah jenis hadist yang tidak bisa dijadikan pedoman ajaran untuk umat Islam.
Perbedaan Alquran dan hadist selanjutnya adalah bentuk redaksinya. Al-Quran memiliki struktur surat dan ayat yang lebih sistematis. Mengingat Al-Quran langsung diturunkan oleh Allah SWT, maka seluruh redaksi Al-Quran termasuk urutan dan susunannya sudah diatur oleh Allah SWT.
Hadis adalah pedoman dan ajaran umat Islam dalam bentuk riwayat atau seperti cerita yang disampaikan para sahabat Nabi. Dari segi redaksi, penuturan hadis tidak sebaku Al-Quran. Bisa jadi untuk satu makna yang sama memiliki redaksi yang berbeda tergantung sahabat Nabi mana yang melafalkannya. Klasifikasi hadis yang sudah umum dikenal saat ini hadis sahih Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Abu Dawud.
Peletakan nisbat di dalam Al-Quran tertulis jelas. Anda sering melihat ayat Al-Quran bertuliskan, “Allah SWT berfirman, …” Ini adalah bentuk penisbatan langsung kepada Allah SWT. Di dalam Al-Quran, penisbatan hanya ditujukan kepada Allah SWT.
Sementara penisbatan di dalam hadis diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW namun dengan tetap bersandar kepada Allah SWT. Bentuk ini bersifat insya’i atau diadakan. Sebagai contoh di dalam hadis Anda akan menemukan kata, “Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda: Allah berfirman …”.
Al-Quran adalah bentuk mukjizat Nabi Muhammad SAW yang diturunkan langsung oleh Allah SWT. Baik dari segi redaksi katanya, makna serta pelafalannya bersifat mutlak karena dinukil secara mutawatir.
Hadis tidak termasuk mukjizat sehingga kepastian isinya tidak mutlak tergantung perawi di setiap tingkatan sanadnya. Oleh sebab itu ada istilah hadist sahih, hadist hasan, dan hadist dha’if.
Dari segi nilai bacaan, value Al-Quran lebih tinggi dan mutlak. Umat Islam diwajibkan untuk membaca ayat Al-Quran ketika salat wajib ataupun sunah. Di luar aktivitas salat wajib dan sunah pun membaca ayat suci Al-Quran masih tetap dianjurkan. Sedangkan hadist tidak bisa dibaca ketika salat wajib ataupun sunah.
Sekilas kedua pedoman ini memiliki peranan yang sama. Namun faktanya perbedaan Alquran dan hadist lebih terperinci dan jelas dari segi peranan dan fungsinya untuk tatanan umat Islam. Berikut ini tabel peran dan fungsi Al-Quran serta hadist.
Peranan Al-Quran | Peranan Hadis |
Pedoman dan petunjuk hidup umat Islam | Bersifat bayan taqrir atau memperkuat wahyu-wahyu Allah dalam Al-Quran |
Penyempurna kitab-kitab terdahulu | Bersifat bayan tafsir atau menafsirkan dan menjelaskan ayat Al-Quran |
Bentuk mukjizat Nabi Muhammad SAW | Bersifat bayan tasyri’ atau memperjelas penetapan suatu hukum yang tidak ada di dalam Al-Quran |
Memberikan nasihat dan pemandu umat Islam agar selamat dan bahagia | - |
Penerang ajaran kehidupan umat Islam | - |
Contoh ajaran bag umat Islam dalam hal berbagi yang tertulis dalam Al-Quran. Di dalam Al-Quran dituliskan istilah seperti infak dan sedekah untuk menjelaskan aktivitas berbagi kepada sesama manusia.
Allah menjanjikan kelapangan rezeki bagi umat Islam yang ikhlas menginfakkan miliknya. Dalam Al-Quran surat Saba’ tertulis:
قُلْ اِنَّ رَبِّيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗۗ وَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهٗۚ وَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ ٣٩
Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya.” Suatu apa pun yang kamu infakkan pasti Dia akan menggantinya. Dialah sebaik-baik pemberi rezeki. (QS. Saba’ : 39).
Serupa dengan makan ayat Al-Quran tersebut, dalam hadist pun turut diperjelas bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta. Rasulullah SAW bersabda: Sedekah itu tidak akan mengurangi harta, (HR. Muslim).
Dalam berinfak pun tidak boleh asal-asalan dan dari sumber yang belum jelas atau bahkan mengandung unsur keburukan. Umat Islam dianjurkan untuk menginfakkan sebaik-baiknya hartanya.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ اَخْرَجْنَا لَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِۗ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ مِنْهُ تُنْفِقُوْنَ وَلَسْتُمْ بِاٰخِذِيْهِ اِلَّآ اَنْ تُغْمِضُوْا فِيْهِۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ ٢٦٧
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu tidak mau mengambilnya, kecuali dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Ketahuilah bahwa Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. (QS. Al-Baqarah : 267).
Dalam salah satu riwayat hadist menjelaskan lebih lanjut perihal ayat Al-Quran Al-Baqarah di atas. Dalam salah satu hadist tertulis riwayatnya yang artinya:
Infakkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan berkah rizki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu. (HR. Bukhari dan Muslim).
Tunaikan segera sedekah dan infak Anda melalui layanan Donasi dan Amal melalui aplikasi mobile banking M-Syariah. Salah satu kemitraan Bank Mega Syariah dalam menyalurkan infak dan sedekah para nasabahnya yaitu CT Arsa.
CT Arsa memiliki visi kemanusian untuk memutus rantai kemiskinan melalui layanan pendidikan berkualitas dan optimalisasi kesehatan. Nasabah Bank Mega Syariah bisa rutin menyalurkan infaknya atau sesekali melalui layanan dan aplikasi M-Syariah.
Bagi para donatur, Anda akan mendapatkan laporan keuangan rutin dan transparan. Jadi, tak perlu khawatir tentang penerima infak dan sedekahnya.
Yuk, download aplikasi M-Syariah untuk memudahkan infak dan sedekah!
Bagikan Berita