14 Mei 2025 | Tim Bank Mega Syariah
Generasi Strawberry adalah istilah yang disematkan kepada kelompok anak muda, khususnya Gen Z atau Generasi Z, yang dikenal sangat melek teknologi, kreatif, dan ekspresif dalam menyampaikan ide.
Namun, sebutan ini bukan tanpa sisi negatif. Di balik tampilan luar yang “manis” seperti buah stroberi, generasi ini kerap dianggap mudah rapuh, cepat menyerah ketika menghadapi tekanan, dan mudah merasa tersinggung saat dihadapkan pada kritik.
Hal inilah yang membuat julukan “strawberry” terasa tepat untuk menggambarkan kepribadian sebagian anak muda masa kini. Lantas, apakah label ini adil diberikan kepada seluruh Gen Z? Mari telaah lebih dalam.
Istilah Generasi Strawberry merujuk pada kelompok individu yang mahir menggunakan teknologi, adaptif terhadap perubahan, serta penuh ide-ide segar dan inovatif. Mereka merupakan bagian dari generasi Z yang dikenal punya kemampuan berpikir kreatif, namun sayangnya juga dianggap kurang tahan terhadap tekanan.
Ibarat buah stroberi yang tampak menarik namun mudah hancur saat disentuh, generasi ini dinilai memiliki kepribadian yang rentan, mudah terluka secara emosional dan cenderung cepat putus asa.
Prof. Rhenald Kasali dalam bukunya Strawberry Generation menjelaskan bahwa generasi ini memang kaya akan pemikiran brilian dan imajinasi yang tinggi. Sayangnya di sisi lain, mereka juga kerap menunjukkan sikap pesimis, mudah tersinggung, lamban dalam bertindak, serta kurang memiliki daya juang.
Istilah ini pertama kali dikenal di Taiwan untuk menggambarkan generasi muda pasca tahun 1981 yang dinilai tidak sekuat generasi sebelumnya dalam menghadapi tekanan sosial.
Banyak yang merasa bahwa karakter ini mencerminkan individu yang penuh potensi, tetapi membutuhkan pembentukan mental yang lebih kuat agar mampu bertahan di tengah tantangan zaman.
Faktanya tidak semua anak muda layak mendapat label sebagai generasi strawberry. Hanya mereka yang menunjukkan ciri-ciri tertentu yang bisa dikategorikan dalam kelompok ini.
Umumnya, karakteristik tersebut tercermin dari cara mereka berinteraksi secara sosial maupun ketika berada di lingkungan profesional. Berikut ini merupakan sejumlah sifat yang kerap ditemukan pada generasi strawberry, baik dari sisi kekuatan maupun kelemahannya.
Karakteristik Positif | Karakteristik Negatif |
Suka menghadapi tantangan dan berkreativitas tinggi | Kurang memiliki rasa tanggung jawab |
Motivasi bekerja bukan cuma karena uang, melainkan berdasarkan passion | Mudah menyerah dan putus asa |
Berani mengutarakan pendapat | Sering kali memiliki harapan dan tujuan yang tidak realistis |
Cekatan dan kompeten dalam mengoperasikan teknologi terkini | Meminta bayaran tinggi tanpa melihat kapasitas kemampuan yang dimiliki |
Agar lebih memahami mengapa seseorang bisa termasuk ke dalam generasi strawberry, penting bagi Anda untuk menelusuri apa saja faktor yang memicunya. Berikut ini beberapa faktor pemicunya.
Orang tua masa kini umumnya hidup lebih nyaman dibanding generasi sebelumnya. Karena tak ingin anaknya merasakan kesulitan yang sama, mereka cenderung memanjakan anak, baik secara materi maupun perhatian. Sikap ini bisa membuat anak tumbuh tanpa dorongan untuk berjuang, sehingga kurang siap menghadapi tekanan hidup.
Salah satu faktor yang turut membentuk generasi strawberry adalah sebutan atau label yang diberikan orang tua. Kata-kata, meski terdengar sepele, bisa membekas dalam pikiran anak, apalagi jika diulang terus-menerus.
Label negatif seperti “pemalas” atau “tidak becus” dapat menurunkan rasa percaya diri dan membuat anak ragu untuk berjuang.
Sebaliknya, pujian berlebihan seperti “anak paling pintar” atau “paling hebat” bisa menumbuhkan rasa angkuh, menjadikan anak sulit menerima kekalahan atau kritik, dan rentan kecewa saat realita tak sesuai harapan.
Lingkungan membentuk karakter setiap generasi, dan generasi saat ini tumbuh dalam Era Digital yang serba cepat. Mereka juga dibesarkan oleh orang tua yang ingin memberikan kenyamanan maksimal. Kombinasi ini membuat sebagian dari mereka cenderung menghindari tekanan atau memilih mundur demi alasan menjaga kesehatan mental.
Kemajuan teknologi memang mempermudah akses informasi, namun sayangnya tidak semua orang membekali diri dengan kemampuan memilah fakta. Banyak dari generasi strawberry langsung percaya pada informasi yang ditemukan di internet tanpa memeriksa kebenarannya.
Misalnya, saat merasa tidak baik-baik saja secara emosional, mereka lebih memilih mencari jawaban di Google atau bertanya pada warganet alih-alih berkonsultasi dengan profesional. Ini membuat tren self-diagnose semakin marak, terutama dalam isu kesehatan mental.
Perubahan sosial yang cepat serta tekanan dari lingkungan sekitar dapat memengaruhi kestabilan mental generasi muda. Media sosial turut memperburuk keadaan. Paparan terhadap standar hidup yang tidak realistis, komentar negatif, hingga perbandingan diri yang terus-menerus, membuat banyak dari mereka merasa tidak cukup baik atau mudah kehilangan arah.
Meski sering mendapat cap negatif, generasi strawberry tetap punya banyak kelebihan. Mereka cakap dalam teknologi, cepat beradaptasi, serta berani menghadapi tantangan baru.
Sikap terbuka, kreatif, dan peduli pada isu sosial seperti kesetaraan dan kesehatan mental juga menjadi nilai plus. Dengan bimbingan dan dukungan yang tepat, potensi mereka bisa berkembang lebih maksimal.
Seluruh keunggulan di atas bisa menjadi nilai lebih untuk Generasi Strawberry apabila dilengkapi dengan literasi digital yang baik. Misalnya saja kemudahan transaksi menggunakan mobile banking atau QRIS. Kemudahan bertransaksi sejalan dengan kemudahan penipu untuk meraup untung dari pengguna yang minim literasi.
Cukup banyak kasus penipuan dalam industri finansial dan perbankan. Mulai dari kasus scamming yang menyedot jumlah saldo rekening Anda hingga kode QRIS yang diganti oleh penipu.
Oleh karena itu, sebaiknya Anda berhati-hati dalam menjaga data perbankan baik nasabah debit maupun kartu kredit. Jangan sembarangan memberi identitas pribadi perbankan sekalipun kepada anggota keluarga.
Kemudian pastikan Anda menggunakan jaringan internet pribadi bila akan bertransaksi menggunakan mobile banking atau dompet digital. Pasalnya menggunakan jaringan internet publik lebih rentan terkena scamming.
Tips terakhir yakni lakukan konfirmasi kepada merchant sebelum melakukan pembayaran menggunakan QRIS. Dengan begitu, Anda terhindar dari kasus penipuan berkedok QRIS code.
Bersyukurnya saat ini perbankan syariah pun telah dilengkapi dengan fitur QRIS sehingga Anda tetap bisa mengikuti perkembangan teknologi sekaligus terbebas dari riba dan hal-hal lain yang diharamkan.
Segera download aplikasi M-Syariah dan manfaatkan fitur perbankan syariah untuk transaksi sehari-hari!.
Bagikan Berita