5 April 2024 | Tim Bank Mega Syariah
Mudik adalah kegiatan pulang ke kampung halaman. Mudik identik dengan perayaan hari besar keagamaan, khususnya Hari Raya Idulfitri. Momen ini menjadi aktivitas para perantau beragama umat Islam untuk kembali ke kampung halaman.
Tak hanya itu saja, mudik menjadi momen sakral, mengikat kembali silaturahmi dengan keluarga, saudara, hingga berziarah.
Berikut ini makna mudik serta awal mula tradisi mudik terjadi di Indonesia.
Kata mudik berasal dari Jawa. Asal katanya adalah mulih dilik yang memiliki arti pulang ke kampung halaman sebentar. Sedangkan dalam bahasa Jawa ngoko, kepanjangan mudik adalah mulih dhisik yang artinya pulang dulu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik berarti pulang ke kampung halaman. Mengutip dari Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Mudik merupakan tradisi dan budaya Indonesia yang telah terjadi bertahun-tahun selama Hari Raya Idul Fitri.
Setiap orang yang merantau akan kembali ke kampung halaman pada momen-momen tersebut. Bertemu dan bersilaturahmi dengan orang tua, keluarga, saudara dan kerabat di kampung halaman. Tak sedikit yang menjadikan momentum ini sebagai momen berziarah.
Mudik lebaran bukan hanya sebatas pulang ke kampung halaman dan bersilaturahmi saja. Namun, ada lima tujuan dan alasan kenapa masyarakat di Indonesia mempertahankan tradisi mudik.
Mengutip Indonesia Baik dari Kominfo, berikut ini lima alasan mengapa masyarakat Indonesia tetap mempertahankan tradisi mudik, antara lain:
Faktanya ternyata aktivitas mudik telah terjadi di zaman Kerajaan Majapahit dan Mataram Islam. Akan tetapi, mudik massal terjadi sekitar tahun 1970-an. Mudik massal terjadi saat itu karena ada banyak perantau di kota Jakarta.
Untuk diketahui setelah kemerdekaan, khususnya di tahun 1960-an urbanisasi besar-besaran terjadi. Masyarakat di kampung mulai berdatangan dan tinggal di kota Jakarta untuk mencari pekerjaan.
Karena cukup banyak masyarakat perantau di Jakarta. Maka saat momen Hari Raya Idul Fitri di sekitar tahun 1970-an dijadikan momen para perantau untuk pulang ke kampung halaman alias mudik.
Namun saat ini bukan umat Islam saja yang memanfaatkan perayaan keagamaan besar untuk mudik. Ada juga umat agama lainnya yang menjadikan momentum perayaan keagamaannya menjadi momen untuk mudik.
Selain di Indonesia, tradisi mudik juga terjadi di negara lain. Hanya saja istilah yang digunakan untuk penyebutannya berbeda. Berikut ini tradisi mudik dari berbagai negara.
Sama dengan Indonesia, mayoritas masyarakat di Malaysia memeluk agama Islam. Karenanya, momen perayaan Hari Idul Fitri dan mudik cukup populer di sana.
Namun penyebutannya berbeda. Hari Raya Idul Fitri atau lebaran disebut dengan Hari Raya Puasa, sedangkan istilah mudik dikenal dengan istilah balek kampung. Aktivitas balek kampung ini mulai terjadi sejak satu minggu sebelum Hari Raya Puasa.
Perayaan lebaran di Arab Saudi tak kalah meriah. Hampir setiap rumah akan dihiasi dengan dekorasi rumah yang elegan.
Belum lagi ada banyak festival saat lebaran. Misalnya saja festival musik, teater dan kesenian lainnya. Para perantau di Arab Saudi juga memanfaatkan momen lebaran untuk mudik ke kampung halaman.
Bagaimana dengan tradisi lebaran di negara Turki? Perayaan Hari Raya Idul Fitri atau lebaran di negara Turki disebut Seker Bayram. Seker Bayram cukup meriah di Turki.
Para perantau melakukan silaturahmi dan ziarah ke makam keluarga dan kerabat. Kegiatan ziarah di negara Turki dilakukan secara besar-besaran. Untuk mendukung kegiatan ziarah tersebut, akan banyak bermunculan pasar bunga menjelang arus mudik.
Walaupun mayoritas masyarakat Cina memeluk agama non Islam, akan tetapi masyarakat di sana tetap melaksanakan tradisi mudik. Namun puncak mudik terbesar yakni saat perayaan hari besar Tahun Baru Imlek.
Pada Tahun Baru Imlek, dijadikan momentum masyarakat Cina untuk bersilaturahmi dan memanfaatkan waktu bersama keluarga.
Tradisi perayaan hari keagamaan besar di Mesir cukup unik. Sebab bila di negara dengan mayoritas masyarakat pemeluk agama Islam akan memeriahkan hari lebaran. Di Mesir, justru hari lebaran tak terlalu meriah dan besar perayaannya. Akan tetapi, mudik dan perayaan hari keagamaan terbesar di Mesir yaitu Hari Raya Idul Adha.
Masyarakat yang memeluk agama Islam di India tergolong masyarakat minoritas. Meski begitu, ternyata perayaan Idul Fitri di India jauh lebih meriah dibandingkan di Indonesia.
Anda bisa melihat transportasi publik dipadati orang-orang yang akan mudik. Ada orang yang bergelantungan di pintu, jendela hingga atap kereta.
Meski cukup meriah, namun puncak mudik terjadi justru saat Perayaan Festival of Lights atau yang populer dengan sebutan Perayaan Diwali.
Momen berkumpul bersama keluarga juga terjadi di Amerika Serikat. Perayaan Thanksgiving menjadi momen masyarakat di Amerika Serikat untuk berkumpul dengan keluarga dan mengucapkan syukur.
Saat melaksanakan mudik, ada banyak hal yang perlu Anda persiapkan. Mempersiapkan apa saja yang akan dibawa untuk orang tua dan keluarga. Mempersiapkan uang untuk berbagi THR dengan sanak saudara hingga memastikan konektivitas untuk bertransaksi aman selama di luar kota.
Adapun tips mudik supaya menghasilkan kegiatan mudik yang aman dan nyaman antara lain sebagai berikut:
Tak dipungkiri momen lebaran membutuhkan uang cukup besar. Meskipun mendapatkan THR, akan tetapi bila Anda tidak mengontrol dan mengelola keuangan selama lebaran maka sulit menjaga kas tabungan stabil.
Trik untuk mengelola dan mengontrol keuangan selama lebaran dengan menggunakan sistem transaksi online selama bertransaksi di kampung halaman.
Memanfaatkan QRIS untuk menyelesaikan transaksi di merchant, melakukan transfer antar menggunakan layanan BI Fast, hingga fitur top up e-wallet.
Aplikasi mobile banking M-Syariah dari Bank Mega Syariah memiliki seluruh fitur tersebut. Bukan hanya menyediakan fasilitas transaksi secara online saja, Bank Mega Syariah menyediakan fasilitas pembayaran zakat, infak, sedekah, wakaf dan berdonasi.
Semoga bermanfaat, ya!
Bagikan Berita