9 Oktober 2025 | Tim Bank Mega Syariah
Rasanya permasalahan lingkungan, terutama plastik, tak ada habisnya untuk dibahas. Namun, tingkat inovasi solusi mikroplastik untuk mengatasi persoalan tersebut tidak sejalan dengan meningkatnya jumlah plastik yang mencemari lingkungan.
Berdasarkan data yang diterbitkan Badan Pusat Statistik dan Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS), setidaknya 3,2 juta ton sampah plastik setiap tahunnya dibuang ke laut Indonesia.
Sampah plastik tersebut sulit terurai hingga akhirnya terdegradasi dan berubah menjadi mikroplastik. Kehadiran mikroplastik di lautan ini sangat berbahaya bagi ekosistem dan biota laut. Air laut yang tercemar juga berbahaya untuk makhluk hidup lainnya seperti manusia dan hewan daratan.
Mikroplastik merupakan partikel terkecil dari plastik yang berukuran kurang dari lima milimeter. Melihat ukurannya yang kecil, sulit sekali mendeteksi adanya plastik di lingkungan perairan, terutama di perairan lautan atau sungai.
Mikroplastik yang ditemukan di lautan berasal dari proses dekomposisi sampah plastik. Di samping itu, serat mikro juga bisa berasal dari pakaian yang dicuci di perairan lautan. Itu berarti, sekalipun saat ini sudah ada larangan membuang limbah sampah plastik ke laut namun mikroplastik tetap bisa ditemukan karena proses dekomposisi sampah plastik bertahun-tahun lamanya.
Adapun bila dilakukan kegiatan pembersihan sampah di laut, mikroplastik sulit terdeteksi atau tersaring tanpa menggunakan teknologi khusus. Sampah plastik yang terlihat mata memang sudah terangkat dan tidak ada di lautan, akan tetapi mikroplastik mengendap jauh di kedalaman lautan dan berpotensi merusak biota dan ekosistem laut.
Menurut Organisasi Internasional Plastic Health Coalition, tubuh manusia yang terpapar mikroplastik akan mengalami kerusakan DNA, peradangan sampai gangguan kesehatan serius lainnya.
Belum lagi mikroplastik bisa berperan sebagai vektor atau perantara yang membawa paparan zat berbahaya, misalnya polutan organik persisten. Jadi, biota dan ekosistem laut akan benar-benar terancam serta manusia akan ikut merasakan dampaknya bila terpapar mikroplastik ini.
Oleh sebab itu dibutuhkan inovasi solusi mikroplastik untuk mengatasi permasalahan mikroplastik ini guna menjaga kesehatan manusia dan lingkungan.
Kabar baiknya, di Indonesia sendiri sudah mulai berdatangan inovasi-inovasi untuk mengatasi persoalan limbah mikroplastik ini. Merangkum dari beberapa sumber, berikut ini inovasi solusi mikroplastik yang sudah berkembang di Indonesia.
Empat mahasiswa Departemen Teknik Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berinovasi mengembangkan sistem filtrasi limbah mikroplastik berbasis Bulk Acoustic Wave (BAW).
Mekanisme kerjanya mengandalkan gelombang akustik yang berasal dari pengeras suara atau speaker. Gelombang akustik tersebut yang akan mendorong mikroplastik keluar dari air laut.
Merangkum dari website resmi ITS, cara memfiltrasi air laut ini dimulai dengan mengalirkan air laut ke dalam alat khusus melalui pipa akrilik. Air laut tersebut akan melintasi dua buah pengeras suara full range yang menghimpit pipa tersebut.
Pengeras suara memiliki frekuensi besar yakni 6,813 Hz agar menghasilkan gaya dorong paling tinggi untuk memisahkan mikroplastik yang terkandung di dalam air laut. Kemudian, mikroplastik akan mengalir ke cabang tengah yang diperuntukkan khusus untuk limbah mikroplastik.
Sementara air laut yang sudah terbebas dari kandungan mikroplastik akan dialiri ke pipa cabang bagian kanan dan kiri untuk kembali dialiri lagi ke laut.
Bukan hanya air laut saja, melainkan kandungan mikroplastik di dalam air tawar pun bisa hilang. Keunggulan lainnya, alat filtrasi buatan mahasiswa ITS tidak membutuhkan saringan mekanis. Jadi, tak perlu dibersihkan bagian sistem filtrasinya dan bisa digunakan untuk waktu yang lama.
Inovasi selanjutnya dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang yang bekerja sama dengan Yayasan Banksasuci, Aliansi Air DAS Cisadane dan Multi Bintang Indonesia. Bersumber dari Waste4Change, Pemerintah Kota Tangerang sudah melakukan teknik trash trap sejak tahun 2020.
Bekerja sama dengan tiga organisasi besar tersebut, Pemerintah Kota Tangerang mengembangkan instalasi penyaringan sampah yang ditempatkan di Sungai Cisadane. Material pembuat filtrasi sungai ini pipa PVC dan galvanis.
Sebelum akhirnya aliran air sungai dan sampah tiba di laut, sampah disaring terlebih dulu agar tidak ikut mencemari air laut. Walaupun seperti tidak berdampak signifikan terhadap volume limbah plastik di laut, akan tetapi inovasi ini cukup efektif untuk membantu volume limbah plastik lautan di masa depan.
Selain Pemerintah Kota Tangerang, inovasi trash trap ini juga digunakan di Nusa Tenggara Barat oleh para pemuda dari Central Environmental and Fisheries. Bedanya penyaring sampah terbuat dari tong plastik dan jaring besi yang diikat dengan kawat.
Sementara itu, dari dunia internasional, inovasi solusi mikroplastik pun sudah dikembangkan sejak dahulu. Seperti yang tertulis pada website Beta Pramesti Asia, terdapat lima strategi untuk mengatasi persoalan mikroplastik menurut jurnal ilmiah Journal of Water Process Engineering dan Environmental Science & Technology. Lima strategi tersebut, antara lain:
Sistem filtrasi membran yang menggunakan teknologi seperti nanofiltrasi, reverse osmosis dan ultrafiltration untuk menghilangkan mikroplastik dari air. Penelitian yang diterbitkan National Institutes of Health mengindikasikan berkurangnya konsentrasi mikroplastik dari air olahan tersebut.
Aktivasi karbon menggunakan karbon aktif terbukti efektif untuk menyerap mikroplastik dari air. Sistem ini sangat cocok untuk menjamin kualitas air minum.
Sistem pengolahan biologis, penelitian yang terbit di jurnal Science of The Total Environment ini menggunakan mikroorganisme untuk mendegradasi plastik dalam sistem pengolahan air.
Teknik ozonisasi dan ultraviolet yang bertujuan untuk memecah mikroplastik. Tertulis dalam studi Environmental Science: Water Research & Technology, kedua metode ini cukup efektif untuk mengurangi konsentrasi mikroplastik dengan metode oksidasi dan fotodegradasi.
Nanoteknologi merupakan sistem pengembangan filter yang menjerat mikroplastik dan membuangnya dari air. Riset yang tertulis dalam Nature Nanotechnology menekankan penggunaan nanofiber dan nanocomposites dalam sistem mekanisme filtrasi airnya.
Sebagai manusia beragama, anjuran menjaga lingkungan rupanya tertulis dalam Al-Quran. Dalam surat Shad ayat 28 berbunyi, “Apakah (pantas) Kami menjadikan orang-orang yang beriman dan beramal saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi? Pantaskah Kami menjadikan orang-orang yang bertakwa sama dengan para pendurhaka?” (QS. Shad : 28).
Kemudian di dalam surat Al-A’raf berbunyi: “Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf : 56).
Apabila Anda belum bisa berperan penting untuk menciptakan dan mengembangkan inovasi solusi mikroplastik, setidaknya Anda bisa berperan sebagai manusia pada umumnya untuk menjaga lingkungan.
Cara sederhananya dengan mengurangi penggunaan plastik dalam aktivitas sehari-hari. Mengganti komponen plastik dengan barang alternatif lainnya agar penggunaan plastik bisa berkurang.
Dengan begitu, masa depan anak cucu nanti, terlebih lagi masa depan bumi akan semakin terjaga untuk waktu yang lama. Yuk, jaga lingkungan!
Bagikan Berita