8 Perbedaan Sampah Organik dan Anorganik Serta Tips Mengelolanya
20 Februari 2024 | Tim Bank Mega Syariah
Mengelola sampah dengan baik adalah langkah penting dalam menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan kita. Salah satu cara untuk memulainya adalah dengan memahami perbedaan antara sampah organik dan anorganik.
Menurut Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022 hasil input dari 202 kab/kota se Indonesia menyebut jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 21.1 juta ton.
Dari total produksi sampah nasional tersebut, 65.71% (13.9 juta ton) dapat terkelola, sedangkan sisanya 34,29% (7,2 juta ton) belum terkelola dengan baik.
Agar bisa mengelolanya dengan baik, mari simak perbedaan sampah organik dan anorganik berikut ini:
Perbedaan Sampah Organik dan Anorganik
Sampah anorganik dan organik memiliki berbagai perbedaan yang signifikan, antara lain:
1. Asal usul sampah
Sampah organik adalah sampah yang bersifat natural dan dapat dijadikan kompos untuk tanaman. Sampah ini biasanya hasil dari sisa pembuangan makhluk hidup seperti :
Sampah organik yang dihasilkan manusia seperti sisa tepung, sisa sayuran, sisa kulit buah, sisa lemak daging, dan sisa makanan.
Sampah organik yang dihasilkan tumbuhan seperti daun kering dan buah busuk.
Sampah organik yang dihasilkan hewan seperti kotoran hewan dan baikan hewan.
Sementara sampah anorganik berasal dari bahan buatan manusia yang sulit terurai, seperti plastik, kaca, logam, dan produk sintetis lainnya.
2. Proses Penguraian
Sampah organik dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme dalam waktu yang relatif singkat. Pada akhirnya, sampah ini akan kembali ke tanah sebagai nutrisi.
Adapun proses penguraian sampah anorganik membutuhkan waktu yang sangat lama. Bahkan hingga ratusan tahun, atau tidak dapat terurai sama sekali.
3. Bau
Perbedaan berikutnya dapat terlihat dari baunya. sering kali sampah organik mengeluarkan bau tidak sedap karena proses dekomposisi.
Berbeda dengan jenis sampah anorganik yang umumnya tidak mengeluarkan bau, kecuali ada bahan kimia tertentu yang terlepas.
4. Karakteristik Bentuknya
Sampah organik memiliki kandungan air yang tinggi. Hal tersebut dapat mempercepat proses pembusukan.
Namun, pada sebagian besar sampah anorganik terdiri dari bahan sintetis atau hasil olahan manusia. Jadi, tak heran kalau sampah anorganik memiliki kandungan air yang rendah atau tidak ada sama sekali.
5. Manfaat Penggunaannya
Manfaat penggunanya juga berbeda. Sampah organik bisa diolah menjadi kompos atau pupuk organik yang berguna untuk menyuburkan tanah. Sampah organik tertentu juga bisa diolah menjadi biogas yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.
Nah, untuk sampah anorganik banyak yang bisa didaur ulang menjadi produk baru, seperti plastik yang diolah menjadi barang plastik lainnya, atau kaca yang dilebur untuk dibuat botol baru.
6. Dampak Terhadap Lingkungan
Jika dikelola dengan baik, sampah organik bisa memberikan manfaat bagi lingkungan sebagai pupuk alami.
Tetapi sampah anorganik dapat mencemari tanah dan air, serta merusak ekosistem karena sifatnya yang sulit terurai.
7. Jenis Pengolahan
Sampah Organik bisa diolah melalui proses komposting atau digester anaerobik untuk menghasilkan biogas.
Sampah Anorganik memerlukan proses daur ulang yang melibatkan teknologi tertentu untuk mengolah kembali material menjadi produk yang bisa digunakan. jenis sampah anorganik seperti plastik, logam, dan kaca sebaiknya didaur ulang menjadi produk baru.
8. Contoh
Sampah organik berasal dari bahan-bahan alami dan dapat terurai secara biologis oleh mikroorganisme. Contohnya kulit buah, sisa sayuran, nasi basi, daun gugur, dan kotoran hewan.
Adapun contoh-contoh sampah anorganik antara lain:
Plastik: Botol plastik, kantong plastik, dan berbagai produk berbahan plastik lainnya.
Logam: Kaleng minuman, peralatan logam bekas, dan lain-lain.
Kaca: Botol kaca, pecahan kaca, dan produk berbahan kaca lainnya.
Kertas: Meski kertas bisa terurai, kertas yang telah dilaminasi atau yang memiliki bahan kimia tertentu lebih sulit terurai.
Tips Mengelola Sampah Organik dan Anorganik
Mengelola sampah dengan baik adalah langkah penting untuk menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan kita. Berikut ini adalah cara-cara praktis untuk mengelola sampah organik dan anorganik:
Sediakan tempat sampah khusus untuk sampah organik maupun anorganik di rumah atau tempat kerja. Sebaiknya sampah anorganik seperti plastik, kaca, logam, dan kertas dibuang terpisah
Kumpulkan sampah organik di komposter atau tempat pengolahan sampah organik lainnya. Khusus anorganik dipisahkan sesuai jenisnya (plastik, kaca, logam, kertas) untuk memudahkan proses daur ulang.
Gunakan sampah organik sebagai kompos sebagai pupuk alami untuk taman atau kebun. Sementara anorganik dapat Anda manfaatkan kembali seperti botol kaca, kaleng, dan kantong plastik, atau kirim ke pusat daur ulang.
Pastikan tidak mencampur sampah berbahaya dengan sampah organik untuk mencegah kontaminasi.
Pisahkan sampah berbahaya seperti baterai, lampu neon, dan produk elektronik, dan cari tahu cara membuangnya dengan benar sesuai dengan peraturan setempat.
Mengelola sampah organik dan anorganik memerlukan pemisahan yang baik sejak dari sumbernya serta pengolahan yang tepat sesuai jenisnya. Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, kita dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan mendukung keberlanjutan sumber daya alam.
Edukasi dan kesadaran mengenai pengelolaan sampah yang baik sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari..
Yuk, mulai kelola sampah kamu dengan baik supaya tidak mencemari lingkungan, kesehatan, dan rubah Indonesia menjadi negara dengan tingkat kebersihan yang tinggi yang dapat menimbulkan kenyamanan hidup bagi masyarakat.
Semoga informasi ini bermanfaat, ya!