24 Juni 2025 | Tim Bank Mega Syariah
Penerapan rukun iman menjadi pondasi penting dalam kehidupan seorang Muslim. Rukun iman mencakup enam hal utama, yaitu iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan takdir baik maupun buruk.
Keenam rukun iman merupakan dasar keyakinan yang harus Anda pegang teguh sebagai pedoman hidup. Dengan memahami dan menerapkannya, Anda tidak hanya memperkuat iman, tetapi juga membentuk kepribadian yang lebih baik dan berakhlak mulia. Lantas, bagaimana cara menerapkan rukun iman ke dalam kehidupan sehari-hari? Mari simak uraian selengkapnya berikut ini.
Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa ayat 136 mengenai rukun iman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا ١٣٦
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah, Rasul-Nya (Nabi Muhammad), Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan kitab yang Dia turunkan sebelumnya. Siapa yang kufur kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari Akhir sungguh dia telah tersesat sangat jauh.(QS. An-Nisa’ : 136)
Supaya Anda lebih memahami bagaimana cara menerapkan rukun iman di kehidupan sehari-hari, berikut ini contoh penerapannya untuk masing-masing rukun iman.
Iman kepada Allah SWT sebagai rukun iman yang pertama merupakan bentuk keyakinan sepenuh hati atas keberadaan Allah SWT serta meyakini segala sifat-sifat-Nya yang sempurna. Keyakinan ini menjadi landasan utama dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim.
Dalam ajaran Islam, sifat-sifat Allah SWT dibagi menjadi tiga kategori, yaitu sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz. Sifat wajib adalah sifat yang pasti dimiliki oleh Allah SWT seperti Maha Esa, Maha Mengetahui, dan Maha Kuasa.
Sifat mustahil adalah kebalikan dari sifat wajib, yaitu sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah, seperti lemah atau bodoh. Sedangkan sifat jaiz adalah sifat yang boleh atau mungkin ada bagi Allah sesuai kehendak-Nya, seperti menciptakan atau tidak menciptakan sesuatu.
Contoh bentuk nyata dari iman kepada Allah SWT di antaranya dapat terlihat dalam keyakinan dan sikap Anda terhadap keesaan dan keagungan-Nya. Berikut beberapa bentuk penerapan iman kepada Allah SWT yang dapat Anda amalkan dalam kehidupan:
Meyakini sepenuh hati bahwa Allah SWT benar-benar ada dan mengatur seluruh alam semesta.
Percaya bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan tanpa sekutu atau tandingan dalam kekuasaan dan keilahian-Nya.
Menyakini keesaan Allah dalam aspek Uluhiyyah, yaitu bahwa hanya Allah SWT yang berhak untuk disembah dan diibadahi.
Mengimani nama-nama indah (Asmaul Husna) dan sifat-sifat sempurna yang hanya dimiliki oleh Allah SWT.
Iman kepada malaikat merupakan bentuk kepercayaan bahwa malaikat-malaikat adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang benar-benar ada meskipun tidak dapat dilihat oleh mata manusia.
Anda meyakini bahwa para malaikat senantiasa menjalankan tugas yang telah Allah perintahkan, seperti mencatat amal perbuatan, menyampaikan wahyu, hingga mencabut nyawa.
Keyakinan ini termasuk dalam rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap Muslim. Perintah untuk beriman kepada malaikat Allah SWT tertulis dalam Al-Qur’an, salah satunya dalam surat Al-Baqarah ayat 285:
اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ ٢٨٥
Artinya: Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Mereka juga berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami) kembali.(QS. Al-Baqarah : 285)
Saat ini, umat Islam menjadikan Al-Qur’an—yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW—sebagai petunjuk hidup yang paling lengkap dan menyeluruh. Padahal sebelum turunnya Al-Qur’an, Allah SWT juga telah menurunkan kitab-kitab lain sebagai wahyu kepada para nabi terdahulu.
Misalnya saja Kitab Taurat kepada Nabi Musa, Zabur kepada Nabi Daud, dan Injil kepada Nabi Isa. Seluruh kitab tersebut memuat petunjuk dan ajaran dari Allah, yang kemudian dilengkapi dan disempurnakan melalui Al-Qur’an sebagai kitab terakhir. Oleh karena itu, Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk mengimani keberadaan seluruh kitab suci tersebut.
Iman kepada rasul-rasul Allah SWT berarti mempercayai dengan sepenuh hati bahwa para rasul benar-benar diutus oleh Allah SWT. Mereka ditugaskan untuk menyampaikan ajaran dan kebenaran ilahi kepada umat manusia.
Wahyu dari Allah SWT disampaikan kepada para rasul melalui malaikat sebagai perantara. Jumlah nabi dan rasul yang diutus sangat banyak, namun yang wajib diketahui oleh setiap Muslim berjumlah 25, dimulai dari Nabi Adam AS sebagai nabi pertama hingga Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir dan penutup para rasul.
Perintah beriman kepada Nabi dan Rasul Allah SWT tertulis dalam Al-Quran surat Al Fath ayat 13:
وَمَنْ لَّمْ يُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ فَاِنَّآ اَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ سَعِيْرًا ١٣
Artinya: Siapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu (neraka) Sa‘ir (yang menyala-nyala). (QS. Al-Fath : 13)
Iman kepada hari akhir atau kiamat berarti percaya dan yakin sepenuhnya bahwa hari tersebut akan benar-benar terjadi. Di hari itu, seluruh alam raya dan segala isinya akan musnah. Seluruh manusia akan dibangkitkan kembali dari dalam kubur, lalu dikumpulkan di padang mahsyar untuk mempertanggungjawabkan setiap amal dan perbuatannya selama hidup di dunia.
Dalam firman Allah SWT tertulis:
وَّاَنَّ السَّاعَةَ اٰتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيْهَاۙ وَاَنَّ اللّٰهَ يَبْعَثُ مَنْ فِى الْقُبُوْرِ ٧
Artinya: Sesungguhnya kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya dan sesungguhnya Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur. (QS. Al-Hajj : 7)
Dalam surat Thaha ayat 15-16 semakin meyakinkan perintah beriman pada hari akhir. Dalam firman Allah SWT tertulis:
اِنَّ السَّاعَةَ اٰتِيَةٌ اَكَادُ اُخْفِيْهَا لِتُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍ ۢ بِمَا تَسْعٰى ١٥ فَلَا يَصُدَّنَّكَ عَنْهَا مَنْ لَّا يُؤْمِنُ بِهَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ فَتَرْدٰى ١٦
Artinya: (15) Sesungguhnya hari Kiamat itu (pasti) akan datang. Aku hampir (benar-benar) menyembunyikannya. (Kedatangannya itu dimaksudkan) agar setiap jiwa dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usahakan. (16) Janganlah engkau dipalingkan darinya (iman pada hari Kiamat) oleh orang yang tidak beriman padanya dan mengikuti hawa nafsunya sehingga engkau binasa.(QS. Thaha : 15-16)
Iman kepada qada dan qadar berarti meyakini sepenuh hati bahwa segala sesuatu, baik maupun buruk, merupakan bagian dari kehendak dan ketentuan Allah SWT. Semua peristiwa yang dialami manusia telah ditentukan oleh-Nya sejak sebelum manusia dilahirkan ke dunia.
Qadha merujuk pada keputusan atau ketetapan Allah SWT yang telah digariskan jauh sebelum manusia ada, termasuk rezeki, ajal, dan perjalanan hidup seseorang.
Sementara itu, qadar adalah wujud dari ketentuan tersebut, yaitu kepastian Allah SWT atas segala hal yang telah, sedang, dan akan terjadi dalam kehidupan.
Keimanan terhadap takdir ini akan memperkuat rasa syukur atas karunia yang diberikan oleh Allah SWT dan membentuk sikap tawadhu atau rendah hati, karena manusia menyadari bahwa semua yang ia miliki berasal dari kehendak-Nya.
Contoh penerapan rukun iman yang ketiga, yaitu iman kepada kitab-kitab Allah SWT, bukan hanya sekadar mempercayai keberadaan semua kitab suci yang diturunkan kepada para nabi, tetapi juga diwujudkan melalui pengamalan isi ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu bentuk pengamalan tersebut adalah dengan menjalankan perintah bersedekah yang tertulis dalam Al-Qur’an. Anjuran untuk berbagi rezeki kepada yang membutuhkan tidak hanya menunjukkan ketaatan Anda terhadap ajaran Al-Qur’an, tetapi juga memperkuat rasa kepedulian sosial dan mempertebal keimanan kepada Allah SWT sebagai sumber segala kebaikan.
Allah berfirman:
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ٢٦١
Artinya: Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah : 261)
Bank Mega Syariah menyediakan berbagai layanan yang memudahkan Anda untuk beribadah, mulai dari Tabungan Haji hingga layanan Donasi dan Amal
Salurkan sedekah dan amal Anda melalui aplikasi mobile banking M-Syariah. Melalui aplikasi M-Syariah, kegiatan bersedekah menjadi lebih ringan karena dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja hanya melalui ponsel.
Tak hanya praktis, sedekah Anda juga tersalurkan secara amanah karena Bank Mega Syariah bekerja sama dengan CT ARSA Foundation dalam menyalurkan dana tersebut ke berbagai kegiatan sosial yang bermanfaat.
Ketahui informasi seputar produk Bank Mega Syariah di website resmi, ya. Jangan lupa juga untuk download M-Syariah dan melakukan transaksi lebih mudah!
Yuk, maksimalkan kemudahan teknologi untuk terus berbuat kebaikan melalui M-Syariah!
Bagikan Berita