25 Desember 2025 | Tim Bank Mega Syariah

Saat ini, hampir seluruh aktivitas manusia terhubung dengan teknologi. Mulai dari berkomunikasi, bertransaksi, hingga mengelola keuangan, semuanya dilakukan secara daring. Namun, di balik kemudahan tersebut, terdapat dampak lingkungan yang sering luput dari perhatian, yaitu karbon digital.
Karbon digital atau jejak karbon digital merupakan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari penggunaan teknologi digital, seperti internet, perangkat elektronik, pusat data, dan layanan berbasis komputasi awan. Meski tidak terlihat secara kasat mata, dampaknya nyata dan terus meningkat seiring pesatnya transformasi digital global.
Lalu, bagaimana dampak karbon digital dan bagaimana cara mengatasinya? Simak penjelasan lengkapnya pada artikel berikut ini!
Karbon digital adalah total emisi karbon dioksida (CO₂) yang dihasilkan dari aktivitas digital, baik oleh individu maupun organisasi. Setiap kali seseorang mengirim email, melakukan video call, menonton video streaming, atau menyimpan data di cloud, sistem digital di balik layar bekerja dan mengonsumsi energi.
Energi tersebut sebagian besar masih bersumber dari bahan bakar fosil. Pusat data, jaringan telekomunikasi, serta proses produksi perangkat elektronik membutuhkan listrik dalam jumlah besar. Inilah yang menjadikan aktivitas digital berkontribusi terhadap emisi karbon global, meskipun tidak menghasilkan asap atau limbah secara langsung.
Aktivitas digital menghasilkan emisi karbon melalui beberapa jalur utama, yaitu:
Konsumsi energi perangkat elektronik seperti ponsel, laptop, dan server. Semakin lama dan intens perangkat digunakan, semakin besar energi yang dikonsumsi.
Pusat data atau data center. Fasilitas ini beroperasi hampir tanpa henti untuk menyimpan, mengelola, dan mendistribusikan data. Selain listrik untuk menjalankan server, pusat data juga membutuhkan sistem pendingin yang menyerap energi besar.
Infrastruktur jaringan digital seperti menara telekomunikasi, kabel bawah laut, dan jaringan nirkabel. Seluruh infrastruktur tersebut memerlukan energi untuk beroperasi dan dirawat secara berkelanjutan.
Bahkan aktivitas sederhana seperti mengirim email dengan lampiran besar, melakukan pencarian internet, atau menonton video resolusi tinggi turut menyumbang emisi karbon dalam jumlah tertentu.
Karbon digital berkontribusi langsung terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca yang memicu perubahan iklim. Semakin tinggi konsumsi energi dari sektor digital, semakin besar tekanan terhadap lingkungan global.
Selain itu, produksi perangkat elektronik juga berdampak pada eksploitasi sumber daya alam. Bahan baku seperti litium, kobalt, dan logam tanah jarang untuk baterai dan komponen elektronik memerlukan proses pertambangan yang berisiko merusak ekosistem.
Dampak lain yang tidak kalah penting adalah limbah elektronik atau e-waste. Perangkat digital yang cepat usang menghasilkan jutaan ton limbah setiap tahun, sementara tingkat daur ulangnya masih tergolong rendah.
Mengurangi karbon digital bisa dimulai dari kebiasaan kecil dalam penggunaan teknologi sehari-hari. Tanpa disadari, aktivitas digital yang terlihat sederhana tetap membutuhkan energi. Karena itu, penggunaan teknologi secara bijak menjadi langkah penting untuk mendukung keberlanjutan lingkungan.
Berikut ini cara mengurangi karbon digital yang bisa Anda mulai terapkan:
Penyimpanan data digital, seperti email, foto, dan dokumen, membutuhkan energi agar tetap tersimpan di server. Semakin banyak data yang disimpan, semakin besar pula energi yang digunakan.
Membersihkan email lama, menghapus file yang sudah tidak digunakan, serta menyimpan data secara seperlunya dapat membantu mengurangi beban penyimpanan. Selain lebih ramah lingkungan, kebiasaan ini juga membuat pengelolaan data menjadi lebih rapi dan aman.
Mengganti perangkat elektronik terlalu sering dapat meningkatkan jejak karbon, terutama dari proses produksi dan distribusi. Menggunakan ponsel, laptop, atau perangkat lainnya selama masih berfungsi dengan baik merupakan langkah sederhana namun berdampak positif.
Selain itu, mengaktifkan fitur hemat daya dan mematikan perangkat saat tidak digunakan dapat membantu mengurangi konsumsi listrik sehari-hari.
Aktivitas digital seperti menonton video, melakukan panggilan video, atau membuka banyak aplikasi sekaligus memerlukan energi yang tidak sedikit. Mengurangi kualitas video saat tidak diperlukan, membatasi penggunaan video call untuk keperluan penting, serta menutup aplikasi yang tidak digunakan dapat membantu menekan penggunaan energi.
Kebiasaan kecil ini, jika dilakukan secara konsisten, dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan.
Saat ini, semakin banyak perusahaan teknologi yang mengembangkan sistem digital yang lebih hemat energi. Penggunaan energi terbarukan untuk pusat data dan pengembangan teknologi yang lebih efisien menjadi bagian dari upaya mengurangi dampak lingkungan.
Dengan dukungan teknologi ramah lingkungan, pemanfaatan layanan digital dapat tetap berjalan optimal tanpa mengabaikan aspek keberlanjutan.
Karbon digital merupakan konsekuensi dari perkembangan teknologi yang terus melaju. Meski tidak terlihat, dampaknya nyata bagi lingkungan dan keberlanjutan di masa depan. Karena itu, diperlukan kesadaran bersama, baik dari individu, pelaku usaha, maupun sektor keuangan, untuk menggunakan teknologi secara lebih bertanggung jawab.
Melalui kebiasaan digital yang bijak, pemanfaatan teknologi yang efisien, serta dukungan layanan keuangan berbasis digital, transformasi digital dapat berjalan seiring dengan upaya menjaga keseimbangan lingkungan. Digitalisasi tetap dapat berkembang tanpa mengesampingkan prinsip keberlanjutan.
Sebagai bagian dari komitmen terhadap transformasi digital berkelanjutan, Bank Mega Syariah terus mendorong penggunaan layanan perbankan digital yang aman, efisien, dan ramah lingkungan. Langkah sederhana ini diharapkan dapat mendukung terciptanya ekosistem digital yang lebih hijau, inklusif, dan berorientasi pada masa depan.
Semoga informasi ini bermanfaat, ya!
Bagikan Berita